Pengadilan Pakistan, Senin (23/1), membebaskan seorang pensiunan perwira polisi senior dan 17 lainnya sebagian besar adalah polisi yang masih bertugas di kepolisian, terkait pembunuhan seorang model pria berusia 27 tahun pada tahun 2018.
Pemuda itu, Naqeeb Ullah, tewas dalam peristiwa yang mencurigakan, yang menurut polisi saat itu adalah penggerebekan tempat persembunyian militan di kota pelabuhan Karachi. Pembunuhannya mengundang kecaman nasional dari para aktivis HAM dan mendorong ribuan orang dari suku Mehsud berunjuk rasa di Islamabad dan kota-kota lain di Pakistan.
Media-media setempat, ketika itu, sempat menghadirkan judul berita yang pada intinya mempertanyakan apakah Naqeeb Ullah seorang teroris atau sekadar model.
Rao Anwar, yang pada saat itu adalah kepala polisi Karachi, dan yang lainnya ditangkap segera setelah penggerebekan itu dan diadili pada tahun 2019. Penyelidikan pemerintah selanjutnya menyimpulkan bahwa Ullah, yang berasal dari wilayah Waziristan Selatan, yang pernah menjadi benteng Taliban, tidak ada hubungan dengan militan.
Jabran Nasir, seorang pengacara keluarga Ullah, mengatakan pengadilan di Karachi membebaskan Anwar dan yang lainnya karena kurangnya bukti setelah jaksa gagal membuktikan dakwaan yang diajukan terhadap mereka. Pengacara itu mengatakan ia akan berkonsultasi dengan keluarga dan kemungkinan mengajukan banding.
Keluarga Ullah mengklaim bahwa ia ditangkap beberapa pekan sebelum pembunuhannya dan menuduh bahwa penggerebekan sebetulnya “baku tembak” yang direkayasa.
Anwar, yang dipuji karena menangkap sejumlah militan saat ia menjadi kepala polisi, diskors setelah penggerebekan itu dan dilarang meninggalkan Pakistan. Kemudian, selama persidangan, ia pensiun dari dinas kepolisian.
Setelah putusan hari Senin, Anwar mengatakan “keadilan telah ditegakkan” dan mengumumkan ia akan menuntut untuk dipekerjakan kembali karena ia dikenai tindakan disipliner yang tidak sepantasnya. [ab/uh]