Pakistan: Dunia Mulai Kehilangan Kesabaran pada Taliban Afghanistan 

Menteri Luar Negeri Pakistan, Bilawal Bhutto Zardari

Pakistan hari Jumat (18/11) mengatakan pihaknya tidak akan mengakui secara resmi pemerintahan Taliban-Afghanistan tanpa konsensus global, dan memperingatkan kesabaran dunia terhadap kelompok Islam itu semakin berkurang.

Menteri Luar Negeri Pakistan Bilawal Bhutto Zardari mengatakan kepada wartawan di Islamabad bahwa pemerintahnya masih terus menganjurkan keterlibatan masyarakat internasional secara berkelanjutan dengan Taliban untuk membantu mencegah bencana kemanusiaan di negara tetangganya yang dilanda perang itu.

“Sejauh menyangkut mengakui mereka (Taliban-Afghanistan.red) secara resmi, Pakistan tidak ingin melakukannya sendiri dan lebih suka melakukan hal ini sesuai konsensus internasional,” ujarnya.

BACA JUGA: Perempuan Dilarang Masuk Gym dan Taman di Afghanistan

Zardari mendesak para penguasa Islamis di Kabul untuk memenuhi janji kepada warga Afghanistan dan dunia pada umumnya untuk memerangi terorisme internasional dan menghormati hak asasi semua warga, termasuk memberi akses pada perempuan untuk memperoleh pendidikan.

"Ini semua akan memberi Afghanistan “posisi yang lebih baik” untuk mendapatkan dukungan dan bantuan bagi rakyat Afghanistan," tambahnya.

“Dunia mulai kehabisan kesabaran (dengan Taliban). Namun terlepas dari tantangan ini, kami tidak akan mengulangi kesalahan di masa lalu,” tegas Zardari. Ia mendukung seruan internasional agar Taliban “menunjukkan kemajuan” dalam mencegah kelompok teroris global mengancam Pakistan dan negara-negara lain di luar tempat persembunyiannya di Afghanistan.

Taliban merebut kembali kendali atas Afghanistan pada 15 Agustus 2021 ketika pemerintah saat itu – yang didukung masyarakat internasional – runtuh, dan pasukan asing pimpinan Amerika menarik diri dari negara itu setelah memerangi kelompok pemberontak Al Qaeda selama hampir dua dekade. Meskipun banyak negara – termasuk Pakistan, China, dan Rusia – membuka kantor perwakilan mereka di Kabul, belum ada satu pemerintah asing pun yang secara resmi mengakui legitimasi kepemimpinan Taliban. [em/pp]