Pakistan Khawatir Keamanan Afghanistan Pasca AS Tarik Mundur Pasukan

  • Ayaz Gul

Menlu Pakistan Hina Rabbani Khar berbicara di depan Dewan Hubungan Luat Negeri New York (16/1) dan mengimbau "transisi yang bertanggung jawab" terkait rencana penarikan mundur pasukan AS dari Afghanistan.

Seiring dengan rencana penarikan pasukan AS dari Afghanistan, pejabat Pakistan khawatir atas kemampuan pasukan Afghanistan dalam menjaga keamanan.
Selagi pasukan internasional pimpinan Amerika berencana mundur dari Afghanistan, para pemimpin di Pakistan, negara tetangga Afghanistan, membicarakan tentang strategi itu.

Pakistan melaporkan peningkatan kekerasan gerilyawan di wilayahnya dan skeptis atas kemampuan pasukan keamanan Afghanistan. Pejabat-pejabat Pakistan mengatakan pengungsi Afghanistan kembali mengalir masuk ke negara itu, sementara pengungsi Afghanistan belakangan juga meningkat di kota-kota perbatasan seperti Peshawar. Kecenderungan itu, mereka percaya, menunjukkan Afghanistan skeptis tentang masa depan negara mereka sendiri yang dilanda perang setelah umumnya pasukan internasional ditarik menjelang akhir tahun depan.

Berbicara di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York pekan ini, Menteri Luar Negeri Pakistan Hina Rabbani Khar mengimbau "transisi yang bertanggungjawab". Ia juga memperingatkan Amerika dan pasukan NATO agar tidak "tergesa-gesa" meninggalkan Afghanistan.

Seraya mempertanyakan apakah intervensi pimpinan Amerika telah mencapai sasaran, ia menyatakan, kekerasan militan akhir-akhir ini meningkat di kedua sisi perbatasan Pakistan Afghanistan.

"Tujuan utama kehadiran militer asing di Afghanistan adalah mengurangi ruang ideologi pola pikir ekstrimis. Menurut saya, jika kita melihat dalam 10 tahun terakhir, ruang ideologis bagi ekstremis, malah meningkat,” ungkap Khar.

Menteri Luar Negeri Pakistan menyampaikan, jumlah bom bunuh diri di Pakistan meningkat secara dramatis dalam dua sampai tiga tahun terakhir, menewaskan ribuan warga sipil dan anggota pasukan keamanan.

Menteri Khar juga menyatakan khawatir atas peningkatan serangan militan lintas batas terhadap target-target di Pakistan serta mempertanyakan kemampuan Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan (ANSF). Ia menambahkan, kenaikan tajam dalam apa yang disebut serangan "hijau-terhadap-biru" yang dilakukan prajurit Afghanistan terhadap mitra mereka dari NATO hanya memperkuat keraguan Pakistan mengenai keberadaan pasukan Afghanistan.

Tetapi, pejabat-pejabat dan pengamat Afghanistan menepis kekhawatiran negara mereka akan kembali ke situasi kacau tahun 1990-an setelah pasukan Soviet mundur.

Wakil Menteri Perdagangan Afghanistan Mozammil Shinwari kepada VOA mengatakan Afghanistan telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam bidang-bidang seperti ekonomi, politik, keamanan, dan HAM.

"Kami sangat berharap karena kini kami memiliki sumber daya yang cukup di Afghanistan, terutama sumber daya manusia yang tidak kami miliki 10 tahun lalu. Sistem pasukan kami telah ditingkatkan. Pembangunan ekonomi terus berlangsung di Afghanistan. Jadi, kami sangat yakin dan sangat berharap tetapi kami percaya Afghanistan akan maju. Jadi, menurut saya, tidak akan terjadi masalah di masa depan dan setelah tahun 2014 Afghanistan akan menjadi negara yang makmur,” ujar Shinwari.

Komentator politik independen di Kabul, Said Mohammad Azam setuju pasukan Afghanistan akan menghadapi tantangan serius keamanan periode pasca 2014 ketika berhadapan dengan pemberontakan Taliban. Tetapi ia menyatakan, bahkan sekarang pun di tengah kehadiran sejumlah besar pasukan asing yang dilengkapi senjata paling modern, negara itu menghadapi masalah-masalah tersebut.

"Menurut saya, diyakini secara luas bahwa perang akan berlanjut tetapi tidak akan menyebabkan keruntuhan segera rezim Afghanistan, seperti terjadi setelah penarikan Uni Soviet. Alasannya, karena dalam 10 tahun ke depan mulai tahun 2015 masyarakat internasional sudah menyediakan dana, yang akan menjamin keberadaan tentara nasional dan polisi. Selain itu, tersedia anggaran yang cukup untuk proyek-proyek pembangunan,” kata Azam.

Dutabesar Amerika untuk Afghanistan, Cunningham, hari Kamis kepada wartawan mengatakan penting bagi pemerintah Afghanistan untuk memulai sesegera mungkin pembicaraan damai dengan Taliban.

"Kami yakin, pada akhirnya, stabilitas dan perdamaian di kawasan itu akan membutuhkan perjanjian damai, dan bahwa negara-negara di kawasan itu akan berperan penting untuk mendukung. Dan kami akan melanjutkan upaya kami, tidak hanya dengan Pakistan, tetapi juga dengan negara-negara lain di kawasan itu dan negara-negara lain yang mendukung terciptanya perdamaian, serta mendukung proses perdamaian sejati yang pada akhirnya akan mewujudkan perdamaian dan stabilitas di Afghanistan,” kata Cunningham.

Diharapkan, keputusan Pakistan akhir tahun lalu untuk membebaskan puluhan anggota Taliban Afghanistan akan membantu membawa pemberontak itu ke meja perundingan.

Afghanistan menyambut baik langkah itu, dan Amerika juga menghargai kerjasama bilateral antara Afghanistan dan Pakistan untuk meningkatkan perdamaian dan upaya-upaya rekonsiliasi. Namun, belum ada tanda-tanda proses perdamaian akan dimulai segera.