Pakistan memanggil diplomat tertinggi AS di Islamabad, Selasa (20/11), untuk memprotes tuduhan Presiden Donald Trump bahwa negara itu memberikan tempat berlindung bagi mendiang pemimpin al-Qaida, Osama bin Laden meskipun mendapat bantuan miliaran dolar dari AS.
Menurut sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri Pakistan Tahmina Janjua mengatakan kepada diplomat AS Paul Jones bahwa retorika tak berdasar seperti itu sama sekali tidak bisa diterima. Pernyataan itu juga mengklaim bahwa kerjasama dari dinas intelijen Pakistan telah memberi bukti pendahuluan penting yang membantu Washington melacak bin Laden.
AS dan Afghanistan telah lama menuduh Pakistan memberi perlindungan bagi para militan, sebuah tuduhan yang dibantah Pakistan.
Pasukan khusus AS membunuh bin Laden dalam serangan Mei 2011 di Abbottabad, Pakistan, di mana ia diyakini tinggal secara rahasia di sebuah rumah dekat sebuah akademi militer terkenal. Pakistan membantah mengetahui keberadaan bin Laden sebelum serangan itu, yang dilangsungkan tanpa sepengetahuan Islamabad.
Pakistan belakangan menangkap Dr. Shakil Afridi, yang melangsungkan usaha vaksinasi pura-pura di Abbottabad untuk membantu CIA mengukuhkan keberadaan bin Laden.
Dalam sebuah wawancara di Fox News Sunday, Trump mengatakan, “semua orang di Pakistan” mengetahui bin Laden berada di sana, namun tak seorang pun melaporkan, meski AS menyediakan bantuan 1,3 miliar dolar per tahun bagi negara itu. Pernyataan Trump tersebut mengundang reaksi marah di Pakistan.
PM baru Pakistan Imran Khan menyatakan di Twitter, Pakistan merugi 123 miliar dolar dalam perang AS melawan terorisme. Ia juga menyatakan, sekitar 75 ribu orang menjadi korban dalam perang itu meski tak ada seorang Pakistan pun terlibat dalam serangan 11 September di AS. Ia menyatakan, bantuan AS sebesar 20 miliar dolar hanyalah jumlah kecil untuk menutup kerugian besar Pakistan. [ab]