Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, Rabu (30/6), mengecam kebijakan masa lalu negaranya sebagai "kebodohan" karena menjadi "negara garis depan" dalam perang yang dipimpin Amerika Serikat (AS) melawan terorisme di Afghanistan.
Khan menyalahkan kebijakan itu karena tantangan keamanan dan ekonomi yang terus-menerus dihadapi Islamabad.
“Kita bisa dan akan tetap menjadi mitra damai dengan Amerika. Kita tidak akan pernah menjadi mitra lagi dalam konflik,” kata Khan kepada Parlemen dalam sebuah pernyataan.
Khan sekali lagi mengesampingkan kemungkinan menyediakan pangkalan Pakistan kepada militer AS untuk serangan anti-terorisme di Afghanistan, menyusul rencana penarikan pasukan AS dari negara tetangga itu setelah hampir 20 tahun.
Perdana Menteri itu menceritakan keputusan Pakistan untuk bergabung dengan AS dalam perang, memicu reaksi militan di negaranya yang menyebabkan 70 ribu orang Pakistan tewas dalam serangan bom bunuh diri dan serangan teror lainnya. Negara itu menderita kerugian sekitar $150 miliar sehingga ekonomi nasional terpuruk. [ps/ft]