Pakta Militer Amerika-Filipina Picu Protes di Manila

Aktivis dari kelompok Sanlakas meneriakkan slogan anti-pemerintah AS dan membakar bendera Amerika tiruan dalam pawai di wilayah Quezon, Manila (27/4), saat Presiden Obama berkunjung ke negara itu.

Kunjungan Presiden Amerika Barack Obama ke Filipina dan kemitraan militer baru antara kedua negara, memicu protes aktivis berhaluan kiri yang menentang peningkatan kehadiran militer Amerika di negara tersebut.
Sekitar 100 pengunjuk rasa bentrok dengan polisi di ibukota, Manila, Senin sore (28/4), sehingga mengganggu lalu lintas dekat Istana Malacanan. Seorang reporter VOA mengatakan ia melihat sekitar 800 demonstran membawa patung Presiden Obama di atas kereta yang ditarik oleh Presiden Filipina Benigno Aquino.

Para aktivis mengatakan perjanjian itu merupakan kemunduran kemajuan demokrasi yang dicapai ketika pangkalan-pangkalan militerAmerika ditutup awal tahun 1990an, mengakhiri hampir satu abad kehadiran militer Amerika di Filipina, yang merupakan isu sensitif di negara bekas koloni Spanyol dan kemudian Amerika itu.

Salah seorang pemimpin demonstrasi, Renato Reyes, Sekretaris Jenderal Partai Aliansi Patriotik Baru (Bayan) mengatakan perjanjian itu menjual kemerdekaan.

Obama berusaha meredakan kekhawatiran seperti itu dengan mengatakan kesepakatan itu bukan mengenai dominasi Amerika atas Filipina mengenai kerjasama dalam pelatihan, latihan dan operasi untuk merespon dengan cepat terhadap berbagai tantangan, termasuk bencana nasional dan kontra-terorisme.