Indonesia berencana segera meluncurkan penawaran umum perdana (IPO) saham dua perusahaan negara yang sudah lama ditunggu-tunggu, PalmCo dan Pertamina Hulu Energi (PHE).
Seorang wakil menteri kabinet pada hari Jumat (14/7) mengatakan, perusahaan perkebunan kelapa sawit dan perusahaan hulu minyak dan gas akan mulai terdaftar di bursa saham dalam beberapa bulan mendatang.
Aktivitas IPO di Indonesia merupakan salah satu yang terpanas di dunia tahun ini dengan perusahaan-perusahaan tenaga panas bumi dan penambangan nikel dan tembaga ikut meramaikan bursa.
PalmCo yang menguasai perkebunan sawit milik negara rencananya akan melakukan pendaftaran IPO pada September atau Oktober, sedangkan PHE, unit hulu Pertamina, diperkirakan melakukan penjualan saham pada Agustus atau September, kata Pahala Nugraha Mansury, wakil menteri BUMN.
Pahala menolak untuk mengungkapkan ukuran penjualan saham yang direncanakan tetapi sejumlah sumber mengatakan PalmCo dapat mengumpulkan sekitar $500 juta sementara PHE dapat mengumpulkan setidaknya $1,3 miliar.
PalmCo akan menggunakan dana IPO itu untuk meningkatkan produktivitas dan memperluas kapasitas penyulingan untuk memproduksi minyak goreng dan turunan lainnya, kata Pahala dalam wawancara dengan Reuters.
“Ekspektasi kami adalah meningkatkan kapasitas pengolahan yang sekarang hanya 1 juta ton menjadi 3,7 juta ton dalam tiga sampai empat tahun dengan menggunakan dana IPO,” katanya.
PalmCo, yang dibentuk melalui konsolidasi beberapa perkebunan sawit negara, menguasai areal perkebunan sawit terbesar di dunia atau sekitar 650.000 hektar, kata Pahala, dengan hasil rata-rata 22 ton buah sawit per hektar.
Indonesia, produsen minyak sawit terbesar di dunia, terpaksa memberlakukan larangan ekspor selama tiga minggu tahun lalu karena melonjaknya harga minyak goreng dalam negeri, yang mengejutkan pasar global.
Kapasitas penyulingan yang lebih besar di PalmCo akan membantu negara menghindari gangguan tersebut, tambah Pahala.
PalmCo juga diharapkan berkontribusi pada produksi bahan bakar berbasis kelapa sawit, termasuk bahan bakar jet. Indonesia memiliki campuran minyak kelapa sawit terbesar dalam bahan bakar diesel, yaitu 35 persen, dan berencana untuk meningkatkannya menjadi 40 persen dalam beberapa tahun, untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar impor.
Hasil IPO PHE akan digunakan untuk membiayai produksi hulu Pertamina, terutama gas bumi, yang dianggap sebagai sumber transisi menuju energi yang lebih bersih.
PHE mengoperasikan 27 blok migas dan memiliki hak partisipasi di 13 blok lain di Indonesia, serta sejumlah operasi di luar negeri, namun cadangan banyak blok domestiknya semakin menipis.
“Dengan turunnya produksi gas Pertamina, kami butuh penggantinya. Makanya kami berharap hak produksi gas (dari Masela) lebih besar, untuk dijual di dalam negeri,” ujar Pahala.
Pertamina dan Petronas Malaysia sedang berdiskusi dengan Shell untuk mengakuisisi 35 persen sahamnya di proyek gas Masela di Indonesia. [ab/uh]