Sebuah pameran berupa toko swalayan Kantong Plastik yang terletak di Ann Arbor, Michigan menampilkan rak-rak yang dipenuhi dengan berbagai produk menyerupai daging, telur dan kue-kue. Semuanya bukan produk sungguhan melainkan produk yang terbuat dari kantong plastik sekali pakai yang diambil dari jalanan dan tempat sampah.
Pada siang hari, toko swalayan itu diubah menjadi panggung untuk memperlihatkan serial film pendek di mana boneka buatan tangan digunakan untuk menceritakan tentang bahaya limbah plastik dan dampaknya bagi generasi mendatang.
Kantong plastik dibuat dengan menggunakan bahan bakar fosil dan seringkali berakhir di tempat pembuangan sampah dan laut.
Menurut Worldwatch Institute, organisasi penelitian lingkungan yang berbasis di Washington DC, warga Amerika membuang sekitar 100 miliar kantong plastik ke laut setiap tahun.
Sutradara film dan teater Robin Frohart adalah penggerak di balik ide kreatif pembuatan pameran toko Kantong Plastik."Saya mendapat ide ini beberapa tahun lalu ketika melihat seorang kasir memasukkan belanjaan saya ke dalam kantong plastik, kemudian ia memasukan kantong plastik tersebut ke kantong plastik yang lain hingga tiga kali. Saya sangat terkejut bagaimana konyolnya seberapa banyak kemasan-kemasan tersebut digunakan dalam kehidupan kita setiap hari. Ini rasanya tidak masuk akal. Saya kemudian berpikir, mungkin saya akan membuat sebuah proyek yang lebih konyol," jelasnya.
Pameran toko swalayan Kantong Plastik itu akan dibuka hingga tanggal 5 Februari mendatang. Toko swalayan Kantong Plastik itu dipamerkan melalui kemitraan dengan Museum Seni Universitas Michigan dan Graham Sustainability Institute, sebuah lembaga pemerhati pelestarian lingkungan.
Pengunjung pameran dikenai tiket masuk seharga 30 dolar sedangkan harga tiket untuk mahasiswa hanya sebesar 12 dolar.
Your browser doesn’t support HTML5
Pameran tersebut ditampilkan pertama kali di Times Square, New York pada tahun 2020. Robin Frohardt kemudian membawa pameran tersebut ke berbagai kota besar lainnya seperti Los Angeles, Chicago, Austin dan Adelaide, Australia.
Frohart yang tinggal di New York menambahkan, "Saya berharap dapat melanjutkan tur proyek ini dan menggelarnya di berbagai komunitas yang berbeda." [lj/lt]