Kemungkinan diajukannya tuduhan pidana terhadap seorang veteran marinir Amerika Serikat yang memiting dan mencekik Jordan Neely hingga tewas di dalam kereta api bawah tanah New York, mungkin bergantung pada apakah warga lain “yang waras” di kota tersebut juga akan melakukan tindakan serupa jika berada dalam situasi seperti itu.
Neely, pengamen yang kerap menirukan bintang pop Michael Jackson dan menurut teman-temannya mengalami kesehatan mental yang terus memburuk, meninggal pada Senin (1/5) lalu ketika seorang penumpang kereta api menariknya ke lantai, memiting dan mengunci lehernya dengan siku tangan menggunakan teknik yang diajarkan dalam latihan tempur. Teknik tersebut dikenal dengan nama “chokehold.”
Menurut seorang wartawan lepas yang merekam video saat-saat terakhir insiden itu, Neely awalnya memang berteriak-teriak pada penumpang lain, tetapi ia tidak menyerang siapapun.
BACA JUGA: Pakar PBB: Warisan Perbudakan Pengaruhi Keseharian Orang Kulit Hitam di ASLaki-laki yang melakukan “chokehold” itu, Daniel Penny, lewat pengacaranya pada Jumat (5/5) lalu mengatakan ia hanya melindungi dirinya sendiri ketika Neely mengancamnya dan beberapa penumpang lain. “Daniel tidak pernah bermaksud ingin menyakiti Neely, dan tidak dapat meramalkan kematiannya sebelum waktunya,” ujar Thomas Kenniff dan Steven Raiser, pengacara Penny.
Kantor Kejaksaan Distrik Manhattan kini tengah menyelidiki insiden itu. Belum ada dakwaan yang diumumkan terkait insiden tersebut.
Menurut Mark Bederow, mantan asisten jaksa wilayah di Manhattan, jika kasus tersebut benar-benar berlanjut ke pengadilan, argumen “membela diri” itu kemungkinan besar bertentangan dengan persyaratan hukum yang “rumit.”
Berdasarkan hukum pidana di New York, seseorang yang menggunakan kekuatan mematikan, tidak hanya harus membuktikan bahwa ia berada dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan nyawanya atau nyawa orang lain; tetapi bahwa setiap orang yang berakal sehat akan merasakan hal yang sama.
“Misalkan marinir itu mengatakan ‘sejujurnya saya saat itu menilai tidak ada pilihan lain selain menyelamatkan seseorang,’ maka pertanyaannya adalah apakah orang-orang lain yang secara objektif masuk akal dan berada dalam keadaan serupa akan merasakan hal yang sama,” ujar Bederow.
Kasus Bernhard Goetz Jadi Pembanding
Interpretasi atas undang-undang itu terakhir kali diklarifikasi oleh pengadilan tertinggi New York pada tahun 1986, menanggapi tindakan Bernhard Goetz yang menembak empat remaja di sebuah kereta api bawah tanah. Kasus terkenal itu menjadi pembanding dalam kasus yang menewaskan Neely.
Geotz, yang berkulit putih, pada tahun 1984 menembak empat remaja kulit hitam setelah salah seorang diantara mereka meminta uangsebesar $5 kepadanya. Goetz mengatakan ia mengira sedang dirampok. Juri membebaskan Goetz atas tuduhan percobaan pembunuhan, tetapi menghukumnya karena membawa senjata api tanpa izin.
Kontroversi
Kematian Neely telah memicu debat emosional di New York tentang rasa belas kasih dan kesehatan mental.
Kebanyakan orang yang menggunakan kereta api bawah tanah bertemu dengan orang-orang yang berperilaku tidak menyenangkan, yang berteriak-teriak, meminta uang atau menawarkan sesuatu, dan sebagainya, tetapi tidak menimbulkan bahaya bagi siapa pun. Tanggapan yang paling umum adalah mengabaikannya, atau pindah ke sudut lain di dalam gerbong, atau pindah gerbong.
Tidak jelas mengapa Penny, atau dua laki-laki lain yang terlihat dalam petikan video, justru membantu menahan Neely di lantai gerbong dan memutuskan untuk mengambil tindakan.
Dalam sebuah pernyataan pada Jumat lalu, pengacara Penny tidak merinci tentang apa yang terjadi, selain mengatakan “ketika Neely mulai secara agresif mengancam Daniel Penny dan penumpang lainnya, Penny – dengan bantuan orang lain – mengambil tindakan untuk melindungi diri mereka sendiri hingga bantuan tiba.”
Polisi belum menangkap siapapun. Hal tersebut memicu kemarahan dari banyak pihak yang menuntut diajukannya gugatan pidana atas kematian Neely itu.
Wali Kota New York Eric Adams menyerukan semua pihak untuk berhati-hati, dengan menyoroti hak penumpang lain untuk membela diri dalam situasi tertentu, serta bahaya dalam sistem transportasi kereta api bawah tanah yang kerap menjadi tempat berlindung penduduk kota yang paling membutuhkan.
Bolehkah Penumpang KA Ambil Tindakan Jika Merasa Terancam?
Bederow memperkirakan Jaksa Distrik Manhattan Alvin Bragg mungkin akan membawa kasus tersebut ke grand jury, suatu proses yang kadang-kadang digunakan dalam kasus kontroversial atau rumit. Bederow mengatakan tampaknya tuduhan yang akan diajukan adalah pembunuhan yang tidak direncanakan atau kematian akibat kelalaian.
Mantan Inspektur Kepolisian New York, yang juga professor di John Jay College, Walter Signorelli, mengatakan kepada Associated Press bahwa ia tidak yakin tuduhan akan diajukan melihat besarnya ketakutan di kalangan penumpang kereta api terhadap perilaku Neely. Jika kasus tersebut masuk ke pengadilan, juri dapat berempati pada terdakwa.
“Penny bukan penjahat. Ia melakukan apa yang menurutnya benar, dan apa yang tampaknya saat itu masuk akal baginya. Ia mengambil tindakan ketika kebanyak orang berpaling,” ujar Signorelli.
Tim pembela juga dapat menyoroti catatan kriminal Neely, yang mencakup lusinan penangkapan, mulai dari berperilaku tidak tertib hingga penyerangan. Baru-baru ini, pada tahun 2021, Neely didakwa menyerang seorang perempuan berusia 67 tahun yang sedang keluar dari gerbong kereta api bawah tanah. Neely memang mengaku bersalah, tetapi ia kemudian tidak datang ke pengadilan. Hal ini memicu dikeluarkannya surat perintah penangkapan, yang masih berlaku hingga saat kematiannya 1 Mei lalu.
Pada saat yang sama, pakar-pakar hukum mengatakan para penumpang di dalam gerbong kereta api itu tidak mengetahui catatan hukum Neely ketika insiden itu terjadi.
Fakta bahwa Penny bertugas di Marinir Amerika Serikat juga dapat diperhitungkan jika jaksa menilai ia pernah menjalani pelatihan yang membuatnya tahu ada teknik lain yang dapat digunakan untuk melumpuhkan Neely selain teknik “chokehold” yang berbahaya. Catatan militer Penny menunjukkan ia pernah bertugas di korps Marinir dari tahun 2017–2021, lalu naik ke pangkat sersan. Pengacaranya mengatakan Penny saat ini berstatus sebagai mahasiswa.
Video insiden itu memperlihatkan Penny memiting dan mengunci leher Neely dengan siku tangannya selama beberapa menit. Ia tetap mempertahankan posisi itu bahkan setelah Neely berhenti meronta.
BACA JUGA: Tersangka Penembakan Massal di Texas Diidentifikasi Sebagai Pria Berusia 33 TahunBederow mengatakan “kalau pun tindakan Penny itu dibenarkan, maka pertanyaannya adalah berapa lama ia dapat melakukan hal itu? Jika kita melihat video itu, saya kira siapa pun akan mengatakan bahwa saat itu Neely bukan lagi ancaman.”
Saat Neely berbaring telungkup di lantai gerbong kereta api bawah tanah, dengan leher terkunci teknik “chokehold,” terdengar setidaknya suara seorang penumpang yang meminta Penny dan lainnya untuk menahan diri, dan memperingatkan bahwa mereka mungkin akan membunuh Neely. “Kamu harus melepaskannya," ujar laki-laki itu.
Seorang saksi mata lainnya, Johnny Grima, kemudian memberitahu Penny dan penumpang lain bahwa Neely yang berada dalam keadaan tidak sadar mungkin akan tercekik ludahnya sendiri jika mereka tidak hati-hati. Grima baru akan naik ke gerbong itu ketika insiden “chokehold” itu sedang berlangsung, dan mengatakan ia sangat terusik dengan apa yang dilihatnya. Ia mengatakan ketiga laki-laki itu memastikan kepadanya bahwa Neely masih bernafas.
“Tetapi ketika mereka melepaskannya, Neely sudah sangat lemas dan menatap nanar. Matanya terbuka, tapi sudah tidak ada cahaya,” ujar Grima. [em/jm]