Pandemi Lumpuhkan Program Imunisasi, Penyakit Pembunuh Anak-Anak Melonjak 

  • Lisa Schlein

Seorang anak menerima vaksin campak di Rumah Sakit Anak Indira Gandhi, di Kabul, Afghanistan, Senin, 15 Maret 2021. (AP Photo/Rahmat Gul)

Data terbaru WHO dan UNICEF menunjukkan pandemi virus corona telah menganggu layanan imuniasi rutin yang menyelamatkan nyawa jutaan anak-anak, sebagian di antaranya berisiko meninggal karena penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.

Badan Kesehatan Dunia atau WHO dan Dana Anak-Anak PBB UNICEF, Kamis (15/7), melaporkan 23 juta anak tahun lalu tidak diimunisasi untuk melawan penyakit-penyakit mematikan seperti campak, polio dan difteri. Kedua badan itu mengatkaan gangguan terhadap layanan imunisasi yang disebabkan oleh COVID-19 telah memperlambat kemajuan vaksinasi anak-anak selama satu dekade.

WHO dan UNICEF melaporkan anak-anak di kawasan Asia Tenggara dan kawasan timur Laut Tengah adalah yang paling terdampak luas. India menduduki puncak daftar 10 negara di mana anak-anak tidak menerima dosis pertama vaksin kombinasi difteri-tetanus-pertusis. Sembilan negara lainnya berada di kawasan Amerika dan Afrika.

Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin dan Biologi di WHO Kate O'Brien mengatakan gelombang baru COVID-19 dan peluncuran vaksin COVID-19 tidak boleh mengganggu imunisasi rutin ini. Ia mencatat vaksin adalah piranti paling kuat yang tersedia untuk menjaga kesehatan masyarakat.

Seorang petugas medis menyuntik bayi dengan vaksin campak-rubella (MR) di sebuah posyandu di Banda Aceh, 19 September 2018. (Foto: AFP)

“Dunia telah dengan tepat memprioritaskan tanggap darurat terhadap COVID-19. Tetapi jika kita gagal mengejar ketertinggalan, mengejar mereka yang melewatkan imunisasi ini, memulihkan dan meningkatkan program imunisasi esensial, ada risiko serius bahwa wabah penyakit akan terus berkembang. Kita benar-benar tidak dapat beralih dari satu krisis ke krisis lain," paparnya.

Penasehat utama dan kepala urusan imunisasi di UNICEF, Ephrem Lemango, mengatakan imunisasi di banyak negara pada paruh pertama tahun 2020 turun secara signifikan. Hal ini dikarenakan penutupan fasilitas-fasilitas kesehatan, kebijakan penutupan wilayah dan penghentian kegiatan atau lockdown, dan masalah transportasi.

“Soal intervensi pemulihan, seperti kegiatan mobilisasi masyarakat dan penyediaan alat pelindung diri pada tenaga kesehatan serta melakukan kegiatan partisipatif; sebenarnya memungkinkan di beberapa kawasan seperti di Timur Tengah dan Afrika Utara, sehingga meningkatkan cakupannya.”

BACA JUGA: Save the Children Desak Pemerintah Perluas Cakupan Vaksinasi COVID-19 untuk Anak

Ditambahkannya, kawasan Afrika juga mengalami peningkatan cukup signifikan.

WHO, UNICEF dan mitra-mitranya sedang membantu negara-negara dan wilayah untuk pulih dari pandemi dan memperkuat sistem imunisasi. Badan-badan itu menargetkan 90% anak-anak mendapat vaksin-vaksin penting selambatnya pada tahun 2030. Jika tujuan yang ditetapkan PBB ini benar-benar tercapai, mereka mengatakan kematian sekitar 51 juta anak pada masa depan dapat dihindari. [em/lt]