Hampir 400 tahun yang lalu penduduk Katholik di sebuah desa kecil di Bavaria bertekad akan menampilkan lakon “penderitaan, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus” setiap 10 tahun sekali, jika saja Tuhan mengampuni mereka dari dampak wabah dahsyat yang dikenal sebagai Black Death.
Legenda itu mengatakan sejak tahun 1634, ketika warga desa Oberammergau pertama kali mementaskan pertunjukkan itu, tidak ada lagi warga yang meninggal karena penyakit sampar atau wabah lainnya; hingga tahun 2020 ketika dunia dilanda pandemi virus corona.
Oberammergau, sebagaimana banyak tempat lain di seluruh dunia, menderita karena kematian akibat Covid-19, meskipun tidak ada yang dapat mengkonfirmasi berapa besar jumlahnya.
Konsekuensi lain adalah penduduk desa tidak dapat memenuhi sumpah mereka untuk mementaskan pertunjukkan itu setelah jeda selama 10 tahun. Rencananya pementasan akan dilakukan pada musim semi tahun 2020, tetapi kembali ditangguhkan karena perebakan luas pandemi.
BACA JUGA: Badan Obat-Obatan Eropa Ingatkan Pandemi Belum BerakhirKini setelah ditunda selama dua tahun, Oberammergau's Passion Play yang terkenal itu akan kembali dipentaskan pada 14 Mei mendatang, yang ke-42 sejak dipentaskan puluhan tahun lalu. Hampir separuh dari penduduk desa yang berjumlah 1.800 orang – termasuk 400 anak-anak – akan ikut serta dalam pementasan drama yang dilakukan lima hari terakhir sebelum penyaliban Kristus.
Semua aktor diuji COVID-19 terlebih dahulu sebelum setiap latihan dan akan terus melakukan hal ini hingga berakhirnya 103 pertunjukkan mulai 14 Mei hingga 2 Oktober nanti. Para aktor akan membiarkan rambut mereka tumbuh, dan para laki-laki akan memanjangkan janggut – selama lebih dari satu tahun, sebagaimana yang disyaratkan tradisi.
Invasi Rusia ke Ukraina membuat tema-tema seperti perang, kelaparan, penganiayaan dan pengungsian memainkan peran penting dalam produksi tahun ini, menunjukkan masih terus adanya penderitaan manusia sejak 2.000 tahun lalu hingga hari ini.
Drama yang selama ratusan tahun mencerminkan pandangan Katholik yang konservatif itu telah melakukan perubahan cermat agar dapat mencerminkan kehidupan masyarakat Jerman yang lebih beragam. Termasuk keikutsertaan seorang aktor Muslim terkemuka untuk pertama kalinya, dan dihilangkannya sejumlah plot anti-Yahudi yang selama ini memicu kecaman luas. [em/jm]