Latihan militer ASEAN menjadi salah satu fokus pertemuan Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono dengan sejumlah pejabat Amerika saat berkunjung pada pekan ini.
Indonesia menggagas “ASEAN Solidarity Exercise in Natuna” atau disingkat ASEX-01N itu dalam pertemuan seluruh panglima angkatan bersenjata negara-negara anggota ASEAN (ACDFM) di Bali, pada 7 Juni lalu. Latihan itu direncanakan berlangsung pada 18-25 September mendatang.
Guna mematangkan rencana latihan militer itu, pada tanggal 19 Juni lalu delegasi militer negara-negara anggota ASEAN melangsungkan konferensi rencana pendahuluan (initial planning conference) di Mabes TNI Jakarta. Skenario latihan, pelibatan alat utama sistem senjata (alutsista), finalisasi jadwal dan tempat latihan menjadi topik utama konferensi itu.
Meskipun belum ada satu negara pun yang secara terang-terangan menyatakan akan ikut serta dalam latihan itu, Yudo Margono kepada VOA pada Rabu (21/6) malam menyampaikan keyakinannya bahwa latihan ini akan didukung semua negara anggota ASEAN.
“Setelah acara ASEAN Chief Defense Force, panglima angkatan bersenjata beberapa negara sudah langsung ketemu dan pada dasarnya semua setuju karena memang selama ini untuk sentralistik ASEAN ini belum pernah kita laksanakan. Makanya kemarin dengan ide saya untuk mari kita wujudkan sentralitas ASEAN ini dengan latihan bersama. ASEAN ini bukan pakta, yang kita laksanakan ini bukan latihan tempur," kata Yudo Margono.
Berbicara di sela-sela jamuan makan malam di Wisma Tilden, Washington DC, Yudo Margono menambahkan latihan militer ini bukan untuk unjuk kekuatan karena akan menitikberatkan pada latihan non tempur, sehingga tidak perlu ada satu pihak pun merasa khawatir dengan latihan tersebut.
“ASEX-01N dititikberatkan pada latihan non-tempur ,seperti operasi patroli gabungan maritim, evakuasi medis, misi pencarian dan penyelamatan (SAR) dan operasi kemanusiaan dan pemberian bantuan dalam bencana," katanya.
BACA JUGA: Incar China, ASEAN akan Gelar Latihan Militer Gabungan Perdana
Urgensi Transparansi Informasi
Pengamat hubungan internasional di Pusat Riset Politik – Badan Riset & Inovasi Nasional BRIN Pandu Prayoga menilai transparansi adalah kunci penting untuk mencegah adanya misinformasi tentang latihan militer ASEAN ini.
“Harus ada transparansi informasi pada publik bahwa latihan militer ini bukan untuk menunjukkan kekuatan ASEAN, karena sejak awal forum ASEAN ini bukan pakta pertahanan. Forum ini adalah non-blok yang mengedepankan kerja sama, dan bahwa latihan militer ini dilangsungkan demi sentralitas dan kesatuan ASEAN, juga untuk menghilangkan kejahatan trans-nasional, illegal fishing, perdagangan manusia, yang juga merupakan isu keamanan penting," kata Pandu.
"Banyak hal yang bisa dilakukan lewat latihan militer ini, mulai dari meningkatkan kemampuan personil tentara masing-masing, bagaimana mengamankan wilayah dari kejahatan trans-nasional, memperlancar pertukaran informasi dan pengamanan laut bersama. Sejak awal ini harus disampaikan kepada publik sehingga tidak ada kecurigaan," tambahnya.
Hal senada disampaikan Khairul Fahmi, pengamat militer di Institute for Security and Strategic Studies (ISESS). Ia menilai transparansi ini penting karena sejak dulu ASEAN sulit sekali menghilangkan sikap ambigu dan mengambil keputusan bersama.
“ASEAN ini sulit sekali merumuskan sikap bersama dan menepis untuk sesaat kepentingan nasional mereka masing-masing," katanya.
Latihan militer ASEAN – ASEX-01N – akan dilangsungkan di Batam dan wilayah perairan Natuna Selatan yang masukd alam Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, juga di Sabang Mawang, Kepulauan Riau.
Lawatan ke Pentagon
Dalam pertemuannya dengan Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Jendral Mark A. Milley di Pentagon Rabu lalu (21/6), Yudo Margono juga membahas soal kepentingan keamanan strategis bersama, kerjasama militer kedua negara dan situasi keamanan di kawasan. Dalam keterangan persnya, Pentagon menggarisbawahi betapa “kemitraaan strategis Amerika-Indonesia merupakan hal vital untuk mempertahankan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.”
Sementara keterangan pers dari Kapuspen TNI menyatakan kedua pejabat tinggi militer itu juga membahas peluang meningkatkan profesionalitas TNI dan “kerjasama antar angkatan bersenjata untuk menjaga stabilitas keamanan kawasan Laut China Selatan, khususnya wilayah regional ASEAN.”
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono juga bertemu Wakil Menteri Pertahanan Amerika Bidang Asia Pasifik dan Asia Timur Dr. Ely Ratner “untuk membahas upaya meningkatkan kualitas dan kapabilitas TNI sebagai kekuatan militer Indonesia yang modern, profesional dan tangguh.” [em/jm]