Para pemilih, Senin (4/7) mulai memberikan suara dalam pemilihan umum Papua Nugini. Mereka akan memutuskan pemerintahan koalisi yang akan memerintah salah satu negara terpadat dan beragam di Pasifik Selatan untuk lima tahun ke depan.
Pesaing utama untuk memimpin pemerintahan baru itu adalah petahana Perdana Menteri James Marape dan pendahulunya yang mengundurkan diri pada 2019, Peter O'Neill.
Pemungutan suara dilakukan berminggu-minggu. Komposisi pemerintah di antara lebih dari 50 partai yang memperebutkan 118 kursi, tidak akan diketahui sampai Parlemen berikutnya mulai bekerja pada Agustus.
Sejak merdeka dari Australia pada 1975, pemilu di Papua Nugini telah dicemari kekerasan, penipuan dan penyuapan. Kepala Polisi Inspektur Joseph Tondop Senin mendesak warga agar tidak menjual suara kepada kandidat, di antara 3.625 yang bersaing untuk pemilihan.
Kandidat secara rutin membayar konstituen yang miskin untuk memilih mereka.
Papua Nugini adalah masyarakat suku yang beragam dengan sebagian besar petani subsisten. Di negara dengan sembilan juta penduduk itu terdapat lebih dari 800 bahasa. [ka/ab]