Para Aktivis Dukung Perempuan Perancis-Vietnam yang Ajukan Gugatan Terkait 'Agen Oranye'

Tran To Nga, mantan jurnalis berusia 78 tahun, melambai saat menyampaikan pidato dalam pertemuan untuk mendukung orang-orang yang terpapar Agen Oranye selama Perang Vietnam, di Paris, Sabtu, 30 Januari 2021. (Foto: AP)

Para aktivis berkumpul di Paris untuk mendukung orang-orang yang pernah terpapar 'Agen Oranye' semasa Perang Vietnam. Aksi itu dilakukan setelah sebuah pengadilan Perancis memeriksa kasus seorang perempuan Perancis-Vietnam yang menuntut 14 perusahaan yang memproduksi dan menjual bahan kimia yang pernah digunakan tentara AS itu.

Sebuah aliansi beberapa LSM mengadakan aksi unjuk rasa itu Sabtu (30/1) setelah pengadilan menyidangkan gugatan hukum yang diajukan Tran To Nga, 78 tahun.

Tran, seorang mantan jurnalis berusia 78, menjelaskan dalam bukunya bagaimana dia terpapar 'Agen Oranye' pada 1966, ketika dia menjadi anggota Komunis Vietnam, atau Viet Cong, yang berperang melawan Vietnam Selatan dan AS.

"Karena peristiwa itu, saya kehilangan seorang anak karena gangguan jantung. Dua puteri saya yang lain terlahir dalam keadaan cacat. Dan cucu-cucu saya juga,” katanya kepada Associated Press.

Pada 2014 di Perancis, dia menuntut beberapa perusahaan yang memproduksi dan menjual 'Agen Oranye', termasuk perusahaan multinasional AS Dow Chemical dan Monsanto, yang kini dimiliki raksasa Jerman Bayer.

Tran menuntut ganti rugi atas berbagai masalah kesehatannya dan anak-anaknya dalam persidangan di Perancis. Apabila tuntutannya dikabulkan, maka itu akan menjadi yang pertama kalinya kompensasi diberikan kepada seorang warga sipil Vietnam.

Selama ini hanya veteran militer dari AS dan negara lain yang terlibat dalam perang, yang memenangkan kompensasi.

Pasukan AS menggunakan 'Agen Oranye' untuk menggugurkan dedaunan di hutan-hutan Vietnam dan untuk menghancurkan perkebunan Viet Cong semasa perang. [vm/ah]