Para menteri luar negeri NATO yang bertemu pada Rabu (3/4) di Brussels diperkirakan akan membahas proposal penyediaan dana $100 miliar untuk mendukung militer Ukraina.
Rencana yang diajukan Sekjen NATO Jens Stoltenberg itu juga antara lain akan membuat NATO semakin terlibat langsung dalam mengoordinasikan bantuan militer yang disediakan negara-negara anggota, suatu peran yang diisi oleh koalisi lebih dari 50 negara yang dipimpin AS.
Keputusan akhir mengenai proposal itu tidak akan diambil sebelum para kepala negara anggota NATO bertemu pada KTT Juli mendatang.
Menjelang pembicaraan di Brussels, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengulangi seruan kepada Kongres AS agar mengeluarkan bantuan militer untuk Ukraina.
“Kita berada pada momen kritis di mana penting sekali untuk memberi Ukraina apa yang terus mereka butuhkan untuk mempertahankan diri, terutama dalam hal amunisi dan pertahanan udara,” kata Blinken, Selasa, dalam kunjungannya ke sebuah fasilitas pertahanan di Paris bersama dengan Menteri Pertahanan Prancis Sébastien Lecornu.
Kongres belum menyetuji permintaan anggaran tambahan pemerintahan presiden Joe Biden yang akan memberi bantuan untuk menambah pasokan angkatan bersenjata Ukraina dan untuk membantu negara itu menangkis serangan Rusia.
Biden telah meminta DPR AS yang dipimpin fraksi Republik agar menyetujui paket bantuan militer dan finansial. Fraksi Republik di DPR telah menunda pengambilan tindakan mengenai ini selama berbulan-bulan, dengan memprioritaskan isu-isu dalam negeri.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah memperingatkan bahwa pasukan Ukraina harus mundur “selangkah demi selangkah, dalam langkah-langkah kecil,” jika Kyiv tidak menerima bantuan militer AS.
BACA JUGA: Presiden Ukraina Minta Dukungan Senjata Dalam Pertemuan di AlbaniaMenteri Luar Negeri Prancis Séjourné berada di Beijing awal pekan ini. Ia mengatakan seusai pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi bahwa Prancis berharap China akan memberi “pesan jelas” kepada mitra dekatnya, Rusia, mengenai tindakan Moskow di Ukraina.
Prancis dan China telah berupaya untuk memperkuat hubungan dalam beberapa tahun ini. Presiden China Xi Jinping berencana melawat ke Prancis pada bulan Mei.
Dalan pertemuan di Paris pada Februari lalu, Wang mengatakan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa Beijing menghargai sikap “independen” Prancis. Namun, Paris juga ingin menekan Beijing terkait hubungan eratnya dengan Moskow, yang baru berkembang lebih erat sejak invasinya ke Ukraina pada tahun 2022.
Para pejabat AS dan Prancis mengatakan mereka bekerja sama erat untuk mencegah secara efektif pengiriman senjata dan material ke Rusia dari Korea Utara dan China, yang dapat memperkuat basis industri pertahanan Moskow. [uh/ab]