Para Pedagang Akhiri Protes 9 Bulan di Perbatasan Pakistan-Afghanistan

Ribuan pedagang kecil melakukan aksi duduk selama berbulan-bulan di Chaman, Balochistan (foto: dok).

Penyeberangan perbatasan Chaman di perbatasan Pakistan-Afghanistan dibuka kembali pada hari Senin (22/7) setelah para pedagang kecil mengakhiri protes dengan aksi duduk selama sembilan bulan. Perbatasan ditutup karena keputusan pemerintah Pakistan untuk menerapkan program visa dan paspor bagi pelancong dari kedua negara.

Laporan awal menunjukkan bahwa pedagang kecil sekarang dapat melanjutkan penyeberangan perbatasan dengan dokumen identitas Pakistan dan/atau Afghanistan. Abdul Hadi, seorang pedagang, mengatakan kepada VOA bahwa aksi duduk tersebut berakhir pada hari Minggu dan dia menyeberang ke Afghanistan pada hari Selasa.

Juru bicara komite pengunjuk rasa, Sadiq Achakzai, mengatakan kepada VOA bahwa para anggota Komite Protes Duduk Chaman mengadakan pembicaraan dengan pimpinan militer untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun, belum ada pemberitahuan resmi terkait perubahan tersebut yang dikeluarkan pemerintah.

Mantan menteri dalam negeri sementara Balochistan Inayat Ullah Kahan Kasi, yang menjadi penengah pembicaraan antara pemerintah Pakistan dan pengunjuk rasa, memainkan peran penting dalam mengakhiri protes yang telah berlangsung selama 9 bulan tersebut.

“Saya tidak mewakili otoritas pemerintah mana pun, namun lembaga pemerintah dan keamanan menugaskan saya untuk mengakhiri protes dan saya melakukannya,” kata Kasi.

BACA JUGA: Pakistan Tangguhkan Deportasi Warga Afghanistan atas Dasar Kemanusiaan

Juru bicara pemerintah Balochistan Shahid Rind tidak bersedia membahas isu tersebut ketika VOA menghubunginya.

Para pejabat Pakistan mengatakan pergerakan lintas perbatasan harus diatur untuk meningkatkan keamanan dan mengendalikan penyelundupan.

Suku Pashtun yang tersebar di kedua sisi Garis Durand di perbatasan era Inggris secara historis bergerak bebas untuk keperluan bisnis dan kehidupan komunal.

Meningkatnya kekerasan di Pakistan sejak Taliban mengambil alih Afghanistan hampir tiga tahun lalu telah memicu kekhawatiran keamanan dan para pejabat pemerintah Pakistan bersikeras bahwa perbatasan harus diatur.

Para pejabat Pakistan menyalahkan Taliban Afghanistan karena melindungi kelompok teror Tehrik-e Taliban Pakistan (TTP) yang, menurut pihak berwenang Pakistan, melakukan serangan lintas perbatasan yang menyasar pasukan keamanan Pakistan. Taliban membantah tuduhan tersebut.

Zabihullah Mujahid, juru bicara pemerintah sementara Afghanistan, baru-baru ini mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Khurasan Diaries, sebuah platform berita digital Pakistan, bahwa masalah perdagangan di perbatasan dan masalah-masalah lainnya harus ditangani secara terpisah.

Militer Pakistan mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 16 Juli bahwa delapan tentara tewas ketika seorang pembom bunuh diri menabrakkan kendaraannya yang berisi bahan peledak ke dalam kompleks tentara di Bannu, sebuah kota terpencil di barat laut provinsi Khyber Pakhtunkhwa.

Kelompok pecahan Taliban Pakistan, yang dipimpin oleh komandan militan Gul Bahadur, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. [lt/ab]