Para pemilih di Belanda, Kamis (6/6), memulai pemilihan umum (pemilu) maraton selama empat hari di 27 negara Uni Eropa (UE). Banyak pengamat menilai, pemilu kali ini merupakan sebuah ujian awal mengenai seberapa jauh parlemen sayap kanan Uni Eropa akan berubah.
Cuaca cerah menyambut para pemilih di pagi hari di Balai Kota di Den Haag, beberapa di antaranya datang sebelum pemungutan suara dimulai, berswafoto sebelum memberikan suara mereka.
"Saya ingin UE berubah. Saya tidak suka dengan apa yang terjadi," kata Simone Nieuwenhuys kepada AFP setelah memberikan suaranya kepada Partai Kebebasan (PVV), sebuah partai sayap kanan yang dipimpin Geert Wilders.
“Biasanya saya tidak memilih PVV tapi saya ingin ada suara tambahan yang mengerem UE,” kata pegawai keuangan pemerintah berusia 48 tahun itu. Dia menyebutkan kebijakan suaka dan imigrasi sebagai isu utama baginya.
BACA JUGA: Persiapan Pemilu Parlemen Eropa Berlangsung di BelgiaSebanyak 370 juta pemilih di Uni Eropa dipanggil untuk memberikan suara pada saat terjadi ketidakpastian geopolitik yang mendalam bagi blok tersebut, dua setengah tahun setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Sebagian besar negara termasuk Prancis dan Jerman akan memberikan suara pada Minggu (9/6). Namun pemilu pembuka di Belanda akan memberikan gambaran sekilas tentang kekuatan kelompok sayap kanan – yang prediksi lonjakan suara mereka akan menjadi isu utama dalam pemilu ini.
PVV yang diusung Wilders, yang secara mengejutkan menjadi pemenang pemilu nasional November lalu, diperkirakan akan menduduki peringkat teratas dalam pemilu Uni Eropa. Meskipun PVV membatalkan janji referendum “Nexit” untuk meninggalkan blok tersebut, manifesto PVV tetap sangat skeptis terhadap Euro.
Claudia Balhuizen, orang pertama yang memberikan suaranya di tempat pemungutan suara di Den Haag, menyebut kebangkitan Wilders sebagai sebuah peringatan.
Wilders “menjadi lebih menarik bagi banyak orang dan saya dapat memahaminya,” kata insinyur berusia 42 tahun ini, yang menyebut iklim sebagai isu krusial baginya karena “kita telah mengacaukan planet ini.”
Dia melihat pemilu Eropa sebagai cara untuk "saling memahami dengan lebih baik."
“Kita harus mempertimbangkan budaya yang berbeda, pandangan dunia yang berbeda,” kata Balhuizen.
BACA JUGA: Pemerintah Koalisi Belanda yang Baru Inginkan Kebijakan Suaka ‘Paling Ketat’Belanda hanyalah salah satu dari daftar panjang negara-negara di mana kelompok nasionalis, sayap kanan, dan kelompok euro-skeptis lainnya diperkirakan akan menjadi pemenang dalam pemungutan suara di Uni Eropa.
Jajak pendapat menunjukkan kelompok-kelompok sayap kanan bisa meraih sekitar seperempat dari 720 kursi di parlemen baru, jumlah yang cukup signifikan untuk mempengaruhi kebijakan Uni Eropa.
Hasil ini juga dapat berdampak pada pendekatan Brussel terhadap perubahan iklim, hubungan dengan Amerika Serikat dan Tiongkok, dukungan terhadap Ukraina, perluasan UE, dan adaptasi terhadap inovasi kecerdasan buatan (AI).
Ketua parlemen yang akan mengakhiri masa jabatannya, Roberta Metsola, menggunakan media sosial untuk menyerukan partisipasi besar dalam pemilihan, dengan mengatakan kepada para pemilih: "Pilih masa depan Anda dan buat suara Anda didengar." [ab/uh]