Para kepala negara-negara di Afrika dan mitra pembangunan membahas berbagai cara untuk meningkatkan produksi pertanian Afrika pada pertemuan puncak yang sedang berlangsung di Senegal. Perubahan iklim, inflasi yang melonjak, dan efek perang Rusia di Ukraina telah membuat ketahanan pangan menjadi genting di sebagian besar Afrika.
Konsensus dalam acara tiga hari tersebut adalah bahwa kini sudah saatnya Afrika mengakhiri ketergantungan pada impor pangan.
Benua itu memiliki cukup lahan subur untuk memberi makan 9 miliar orang, namun menghabiskan $75 miliar setiap tahun untuk mengimpor lebih dari 100 juta ton makanan, menurut Bank Pembangunan Afrika.
“Hanya sebuah benua yang aman yang dapat berkembang dengan bangga, karena tidak ada kebanggaan dalam mengemis makanan. Waktunya tepat, dan momennya adalah sekarang. Hati dan tekad saya adalah Afrika bisa memberi makan dirinya sendiri,” jelas Akinwumi Adesina, presiden Bank Pembangunan Afrika, penyelenggara KTT itu.
Sekitar 282 juta orang Afrika menderita kelaparan, menurut angka PBB, dan kekeringan yang berkepanjangan telah mendorong beberapa kawasan seperti Tanduk Afrika dan Madagaskar ke jurang kelaparan.
Gangguan dalam rantai pasokan makanan global baru-baru ini juga memperburuk masalah tersebut.
Afrika biasanya mengimpor 30 juta ton makanan dari Rusia dan Ukraina yang sekarang berperang, dan harga energi, pupuk, dan makanan telah meningkat sebesar 40 hingga 300 persen, menurut Bank Pembangunan Afrika. [lt/ka]