Para Pemimpin Asia Tenggara Tampak Berpihak pada China

Para pekerja memasang tanda untuk menyambut para pemimpin dalam KTT ASEAN ke-35 di Bangkok, Thailand, 29 Oktober 2019.

Sepuluh kepala negara Asia Tenggara akan mengadakan pertemuan tahunan penting minggu depan, dan empat di antara mereka terlibat dalam sengketa kedaulatan maritim dengan tetangga mereka yang lebih kuat, China. Namun acara tersebut secara luas diperkirakan akan menghasilkan pernyataan yang menghindari mengutuk Beijing.

Sikap demikian terjadi karena para pemimpin – bahkan Vietnam dan Filipina yang tahun ini frustrasi setelah terjadi serangkaian insiden dengan China – berharap bahwa China pada akhirnya akan menandatangani kode perilaku yang bertujuan untuk mencegah kecelakaan maritim. Selain itu, sebagian dari 10 negara anggota ASEAN itu membutuhkan bantuan ekonomi China, menurut para analis.

Kepala 10 negara yang akan bersidang 31 Oktober – 4 November dalam KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) itu kemungkinan besar akan mengeluarkan pernyataan yang menghindari untuk menuding China secara langsung dan sebagai gantinya akan menggunakan nilai-nilai umum, menurut para pakar.

Empat negara anggota ASEAN, yakni Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam berselisih dengan China mengenai klaim atas wilayah di Laut China Selatan, jalur laut seluas 3,5 juta kilometer persegi yang kaya akan ikan dan cadangan bahan bakar fosil. Dalam dekade terakhir China telah mendahului dengan menguruk pulau-pulau kecil di kawasan itu untuk digunakan sebagai pangkalan militer. [lt/uh]