Para penasihat keamanan utama Seoul, Tokyo dan Washington akan bertemu di Seoul pada Sabtu (9/12) untuk membahas meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh Korea Utara yang mempunyai senjata nuklir, kata kantor kepresidenan Korea Selatan.
Pertemuan tersebut – yang akan dihadiri oleh Cho Tae-yong dari Seoul, Takeo Akiba dari Tokyo, dan Jake Sullivan dari Washington – terjadi sekitar sebulan setelah menteri pertahanan ketiga negara tersebut sepakat untuk mengaktifkan operasi berbagi data secara real-time mengenai peluncuran rudal Korea Utara, mulai Desember.
Pyongyang bulan lalu berhasil menempatkan satelit mata-mata militer ke orbit dan sejak itu mengklaim bahwa satelit mata-matanya sudah menyediakan gambar-gambar situs militer utama AS dan Korea Selatan.
Ketiga sekutu tersebut telah memimpin gelombang kecaman global terhadap Korea Utara karena melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB, yang melarang negara tersebut melakukan uji coba menggunakan teknologi balistik, baik yang digunakan dalam rudal maupun roket peluncuran antariksa.
BACA JUGA: Korut Lakukan Simulasi Serangan Nuklir terhadap Korsel dan Pendudukan Wilayah LawanPertemuan mendatang akan membahas “cara kerja sama mendalam antara Korea Selatan, AS, dan Jepang mengenai masalah keamanan regional termasuk Korea Utara, masalah global, dan keamanan ekonomi,” kata kantor Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dalam sebuah pernyataan.
Acara ini berlangsung sesuai dengan kesepakatan yang dicapai oleh para pemimpin sekutu pada pertemuan puncak tiga pihak yang diselenggarakan oleh Presiden AS Joe Biden di Camp David pada Agustus, tambahnya.
Pemerintahan konservatif Yoon juga melakukan upaya bersama untuk memperbaiki hubungan yang sempat tegang dengan Jepang, mantan penguasa kolonial negara tersebut.
Pertemuan di Camp David menandai pertama kalinya ketiga pemimpin bertemu dalam pertemuan puncak yang berdiri sendiri, bukan di sela-sela acara yang lebih besar.
Pemimpin Pyongyang Kim Jong Un menggambarkan berkembangnya aliansi pertahanan ketiga negara tersebut sebagai “ancaman nyata terburuk” yang dihadapi negaranya yang terisolasi, yang semakin dekat dengan sekutu tradisionalnya, Rusia dan China.
Peluncuran satelit militer Korea Utara pada November telah melanggar perjanjian militer antar-Korea yang dibuat untuk mengurangi ketegangan di semenanjung tersebut. Kedua negara itu kini meningkatkan keamanan di sepanjang zona demiliterisasi (DMZ). [ab/uh]