Parlemen Garis Keras Iran Setujui Semua Anggota Kabinet Presiden Reformis

  • Associated Press

Presiden Iran Masoud Pezeshkian dalam debat mengenai calon menterinya pada sidang terbuka parlemen di Teheran, Iran, Rabu, 21 Agustus 2024. (Vahid Salemi/AP)

Parlemen garis keras Iran, Rabu (21/8), menyetujui semua anggota Kabinet Presiden reformis, Masoud Pezeshkian. Ini kali pertama dalam lebih dari dua dekade seorang pemimpin berhasil memasukkan semua pejabat yang dipilihnya ke dalam kabinet.

Persetujuan tersebut menandai kemenangan awal bagi Pezeshkian, seorang anggota parlemen lama yang terpilih menjadi presiden, setelah pendahulunya yang berhaluan keras, tewas dalam sebuah kecelakaan helikopter pada Mei.

Mendapatkan persetujuan untuk para pejabatnya, menunjukkan bahwa Pezeshkian membentuk Kabinet konsensus. Nama-nama yang ditunjuk bisa diterima semua pusat kekuasaan dalam teokrasi Iran, bukan tokoh-tokoh kontroversial.

Mantan Menteri Luar Negeri, Mohamamad Javad Zarif, yang berkampanye untuk Pezeshkian dalam kampanye pemilihannya, mengundurkan diri sebagai wakil presiden hanya beberapa hari setelah menjabat. Pengunduran dirinya itu terkait pilihan Pezeshkian atas orang-orang yang duduk dalam Kabinet tersebut.

Menyoroti hal tersebut, Pezeshkian segera mengunggah foto dirinya yang sedang berdiri di samping kepala pengadilan Iran, seorang ulama Syiah, dan ketua parlemen negara tersebut, seorang garis keras yang pernah ia hadapi dalam pemilu.

"Konsensus untuk Iran," tulisnya di caption.

Di antara mereka yang berada di Kabinet baru Pezeshkian adalah Abbas Araghchi, 61 tahun, seorang diplomat karir yang akan menjadi menteri luar negeri baru Iran.

Para pegawai parlemen mengatur pemungutan suara anggota parlemen untuk calon menteri Presiden Iran Masoud Pezeshkian dalam sidang terbuka parlemen di Teheran, Iran, Rabu, 21 Agustus 2024. (Vahid Salemi/AP)

Araghchi, anggota tim perunding Iran yang mencapai kesepakatan nuklir dengan negara-negara besar pada 2015 yang membatasi program nuklir Teheran dengan imbalan pencabutan sanksi-sanksi.

Pada tahun 2018, Presiden saat itu Donald Trump menarik AS keluar dari perjanjian tersebut dan menjatuhkan lebih banyak sanksi terhadap Iran. Pezeshkian mengatakan selama kampanye kepresidenannya bahwa dia akan mencoba menghidupkan kembali perjanjian nuklir.

Kandidat yang mendapat dukungan terbanyak dari anggota parlemen adalah menteri pertahanan baru negara itu, Aziz Nasirzadeh, yang memperoleh 281 suara dari 288 anggota parlemen saat ini. Parleman tersebut memiliki 290 kursi. Nasirzadeh adalah Panglima Angkatan Udara Iran dari 2018 hingga 2021.

Menteri Kesehatan, Mohammad Reza Zafarghandi memperoleh jumlah dukungan terendah dengan 163 suara.

Satu-satunya menteri perempuan yang diusulkan, Menteri Perumahan dan Jalan Farzaneh Sadegh, seorang arsitek berusia 47 tahun, memperoleh 231 suara. Dia adalah menteri perempuan pertama di Iran dalam lebih dari satu dekade.

Parlemen juga menyetujui usulan Menteri Intelijen, Ismail Khatib yang diajukan Pezeshkian, serta Menteri Kehakiman Amin Hossein Rahimi, keduanya menjabat di bawah mendiang Presiden Ebrahim Raisi. Pezeshkian juga menempatkan menteri industri pada masa pemerintahan Raisi, Abbas Aliabadi, pada jabatan menteri energi.

Menolak menteri yang diusulkan sudah menjadi tradisi di parlemen Iran, sehingga menjadikan keberhasilan Pezeshkian semakin mencolok. Mantan Presiden reformis Mohammad Khatami adalah satu-satunya presiden yang menerima mosi percaya untuk semua menteri yang diusulkannya pada tahun 1997 dan 2001. [ab/ns]