Parlemen Libya telah melantik perdana menteri baru setelah pemilu yang disengketakan, Minggu (4/5).
Pengusaha Ahmed Matiq, usia 42 tahun, diambil sumpah jabatannya sebagai perdana menteri baru Libya hari Minggu (4/5) setelah sidang Kongres Nasional Umum yang kacau.
Awalnya, Matiq mendapat dukungan hanya dari 113 anggota parlemen sehingga tidak memenuhi 120 yang dibutuhkan untuk menang. Sejumlah laporan mengatakan voting kedua dilakukan dan memberinya delapan suara tambahan untuk mengalahkan saingannya Omar al-Hassi, seorang profesor ilmiah.
Matiq menggantikan perdana menteri Abdullah al-Thani, yang awal bulan ini mengundurkan diri. Parlemen Libya sebelumnya kesulitan memilih perdana menteri baru untuk mengatasi naiknya angka kejahatan disana.
Pemerintah Libya menghadapi banyak tantangan keamanan sejak penggulingan Moammar Gaddafi tahun 2011. Berbagai kelompok milisi yang ikut menjatuhkan pemimpin lama itu terus beroperasi secara luas di Libya, termasuk di bagian timur di mana mereka menguasai sejumlah pelabuhan utama.
Awalnya, Matiq mendapat dukungan hanya dari 113 anggota parlemen sehingga tidak memenuhi 120 yang dibutuhkan untuk menang. Sejumlah laporan mengatakan voting kedua dilakukan dan memberinya delapan suara tambahan untuk mengalahkan saingannya Omar al-Hassi, seorang profesor ilmiah.
Matiq menggantikan perdana menteri Abdullah al-Thani, yang awal bulan ini mengundurkan diri. Parlemen Libya sebelumnya kesulitan memilih perdana menteri baru untuk mengatasi naiknya angka kejahatan disana.
Pemerintah Libya menghadapi banyak tantangan keamanan sejak penggulingan Moammar Gaddafi tahun 2011. Berbagai kelompok milisi yang ikut menjatuhkan pemimpin lama itu terus beroperasi secara luas di Libya, termasuk di bagian timur di mana mereka menguasai sejumlah pelabuhan utama.