Partai oposisi utama negara itu mengemukakan, hari Kamis (20/11), kekuasaan khusus telah gagal membendung kekerasan golongan Islamis di kawasan itu, dan kini, wewenang tersebut telah berakhir.
Akan tetapi, presiden tetap bebas menempatkan pasukan "di tempat-tempat gawat" di negara itu. Pasukan keamanan menembakkan gas airmata di dalam gedung parlemen, hari Kamis (20/11), dalam bentrokan dengan paling sedikit 200 pendukung ketua parlemen, Aminu Tambuwal, yang dilarang polisi datang ke gedung itu untuk memberikan suaranya.
Seseorang di sana mengungkapkan, lobi utama di luar balai gedung sarat gas air mata, sementara orang-orang menjadi sesak nafas dan mencari jalan ke luar.
Akhirnya, sebuah rapat tertutup sejumlah anggota parlemen dengan ketua Tambuwal, memutuskan untuk tidak memperpanjang wewenang khusus yang diminta presiden, tanpa pemungutan suara.