Langkah itu diambil menyusul pemecatan mantan Perdana Menteri Srettha Thavisin oleh perintah pengadilan atas pelanggaran etika sehari sebelumnya.
Para pemimpin dari koalisi berisi 11 partai yang dipimpin partai populis Paetongtarn, Partai Pheu Thai, menyatakan dukungan mereka terhadapnya dalam konferensi pers hari Kamis.
Paetongtarn berterima kasih kepada partainya dan para mitra koalisi atas dukungan mereka. “Tentu saja, kami berkumpul di sini sekarang untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kami teguh, kami bertekad, kami bersama-sama mendorong negara ini untuk maju,” ungkapnya.
Ia meminta masyarakat untuk bersabar terhadap koalisi yang berkuasa saat ini.
“Pekerjaan kami di koalisi, sejak kami masuk, masing-masing dari kami punya acara berkomunikasi sendiri, cara kerja sendiri yang saya yakini sudah sesuai standar. Maka itu, tunggulah sebentar lagi agar pekerjaan mantan Perdana Menteri Srettha dapat membuahkan hasil, kita hampir mencapai satu tahun (pemerintahannya) – sekaranglah saatnya,” urainya.
Jika Paetongtarn mendaat persetujuan dalam pemungutan suara parlemen, yang dijadwalkan hari Jumat (16/8), maka ia akan menjadi perdana menteri perempuan kedua di Thailand, dan pemimpin ketiga dari keluarga Shinawatra, setelah ayah dan bibinya, Yingluck Shinawatra.
Ketika ditanya apakah ayahnya, Thaksin, akan membantunya seandainya ia terpilih menjadi perdana menteri, ia menjawab, “Ia selalu memberi saya nasihat dalam banyak hal yang saya lakukan.”
“Di keluarga kami, kami kerap mendorong satu sama lain dan ya, ia akan selalu memiliki nasihat untuk saya ketika saya berkonsultasi padanya,” tambahnya.
Besar kemungkinan ia akan terpilih hari Jumat, mengingat dukungan yang sudah diumumkan oleh para mitra koalisi partainya, yang secara total memiliki cukup kursi untuk memenangkan suara mayoritas dalam pemungutan suara di parlemen.
Terlepas dari itu, popularitasnya di tengah masyarakat tidak pasti.
Jajak pendapat nasional pada akhir Juni lalu menunjukkan kinerjanya disukai kurang dari lima persen responden. (rd/jm)