Sepanjang Kamis, 9 September, beredar kabar kondisi kesehatan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan) Megawati Soekarnoputeri menurun sehingga ia dilarikan ke sebuah rumah sakit di Jakarta. Selentingan ini memicu perdebatan siapa yang akan memimipin PDI-Perjuangan jika putri mantan presiden Sukarno itu berhalangan.
Dalam sebuah diskusi bertema “Siapa Layak Pengganti Megawati” yang digelar secara virtual di Jakarta, Jumat (10/9), analis politik dari lembaga kajian IndoStrategi Research Arif Nurul Imam mengakui suksesi kepemimpinan di PDI-Perjuangan merupakan hal dilematis bagi Megawati. Terlebih Megawati, yang menjadi ketua umum sejak berdirinya partai berlambang banteng hitam bermoncong putih itu tahun 1999, diketahui sangat berpengaruh. Begitu kuatnya pengaruh Megawati membuat regenerasi kepemimpinan di tubuh partai pun terhambat.
Dilihat dalam konteks demokratisasi, lanjut Arif, tentu sangat mendesak untuk segera menggelar proses regenerasi ketua umum partai. Hal ini penting karena partai sedianya terus mencetak politisi dan pemimpin baru. Namun Arif memahami bahwa jika kepemimpinan Megawati berakhir, akan terjadi kerentanan di tubuh PDI-Perjuangan,
"Ada potensi-potensi pertarungan antar faksi politik dalam tubuh PDI-Perjuangan. Ini yang saya kira dipikir betul oleh Bu Mega dalam menyiapkan regenerasi kepmimpinan sehingga samoai hari ini ketika dianggap belum siap, dia (Megawati) masih memegang ketua umum," kata Arif.
Ditambahkannya, partai politik di Indonesia saat ini semakin sentralistis, di mana semua kekuasaan berada di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) dan terfokus pada tokoh-tokoh kunci partai. Fenomena ini tidak hanya terjadi di tubuh PDI-Perjuangan, tetapi juga pada beberapa partai politik lain. Jelas ini merupakan bentuk kemunduran demokrasi dalam partai, tambahnya.
Jokowi Gantikan Megawati di PDI-Perjuangan?
Ketika ditanya tentang peluang Presiden Joko Widodo menjadi Ketua Umum PDI-Perjuangan, Arif mengatakan semua kader memiliki peluang, terutama kader-kader yang memiliki prestasi dan kinerja baik termasuk Jokowi. Namun dilema yang terjadi adalah adanya harapan agar penerus Megawati sebagai ketua umum partai berasal dari trah Soekarno, yang dinilai akan menjadi pemersatu partai.
Dalam diskusi tersebut, Ketua Umum Jokowi Mania, Immanuel Ebenezer, membenarkan ada kesepakatan di antara Megawati dan Jokowi pada 2014, yaitu PDI-Perjuangan akan senantiasa mendukung Jokowi sebagai presiden selama tidak mengambil alih partai. Namun Ebenezer menilai yang tidak boleh menjadi ketua umum adalah orang luar partai, bukan kader seperti Jokowi.
"Hari ini di PDIP kita lihat kalau klannya bukan Soekarno sangat berat (untuk menjadi ketua umum). Karena di sana sudah ada semacam titah tradisional atau kesepakatan yang tidak tertulis tapi itu harus menjadi kesepakatan, yaitu harus anak Soekarno. Selain ideologi, (ketua umum PDIP) adalah anak Soekarno," ujar Ebenezer.
Pertanyaannya kemudian adalah apakah Jokowi memenuhi syarat untuk menjadi ketua umum PDI-Perjuangan atau tidak? Menurut Ebenezer, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sesuai aturan yang berlaku di PDI-Perjuangan, yaitu waktu yang dihabiskan menjadi kader partai dan pernah tidaknya menjadi pengurus.
Bantah Kabar Hoaks, PDI-Perjuangan Rilis Video Megawati
Pada Jumat (10/9), Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputeri hadir dalam acara pelatihan pendidik kader madya partai yang digelar secara virtual. Kehadirannya tersebut sekaligus membantah kabar dirinya sedang kritis. Rekaman videonya diunggah di saluran YouTube PDI-Perjuangan.
"Alhamdulillah, saya dalam keadaan sehat waafiat, tidak kurang sesuatu apapun, dan terima kasih atas perhatiannya, dan doanya. Saya sendiri sampai berpikir kok ada saja orang (tega menyebarkan kabar bohong)," tutur Megawati.
BACA JUGA: DPR: Aturan Teknis Pemilu 2024 Berpeluang Diatur Dalam PerppuMegawati menambahkan pagi hari ini ada seorang mantan menteri di era pemerintahannya berbicara kepada sekretaris Megawati agar berita Megawati sedang kritis jangan ditutup-tutupi. Ketika itu Megawati sedang berada di rumah pribadinya di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Ia didampingi Bendahara Umum Olly Dondokambey dan Ketua DPP Bidang Pemuda dan Olahraga Eriko Sotarduga. [fw/em]