Partai Demokrasi Akar rumput baru, atau GDP dengan perlahan menarik kalangan petani Kamboja, menawarkan sebuah alternatif yang melibatkan masyarakat bawah untuk susunan kekuasaan politik terpusat arus utama Kamboja.
Di sawah-sawah pedesaan inilah, menurut salah satu pendatang baru di kancah politik Kamboja, perubahan sedang dicetuskan. Partai Demokrasi Akar Rumput atau GDP yang dibentuk lebih dari setahun lalu mengatakan, kesadaran demokrasi menyebar di kalangan pemilih di pedesaan yang bosan dengan kepemimpinan “atas ke bawah” yang menjadi ciri kedua partai politik dominan di Kamboja.
Bosan menunggu keluarnya dana negara dari anggaran provinsi, petani di desa mengumpulkan uang mereka sendiri dan membangun sistem irigasi yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat.
"Orang-orang setuju satu sama lain bahwa jika kami tidak membangun sendiri dan hanya menunggu pemerintah, kami tidak akan memiliki irigasi, karena kepala desa mengatakan, irigasi tidak dapat dibangun dengan menggunakan dana komunitas," kata Ourn Sophal, ketua asosiasi petani setempat.
GDP mengatakan, semangat komunitas ini mengubah politik Kamboja. Pendiri partai mengatakan, pengambilan keputusan kolektif tidak biasa dalam kehidupan di pedesaan, di mana orang telah terbiasa dengan kewajiban yang dipikul kepala desa dan komunitas mereka terhadap para pemimpin di Phnom Penh.
Perkumpulan petani yang semula dibentuk untuk menawarkan harga-harga hasil pertanian mereka, kini menaruh perhatian pada politik lokal.
Dimulai di desa-desa dekat ibukota, pendiri partai mengatakan, mereka bertemu dengan calon-calon pemilih yang kecewa dan menyediakan platform bagi orang untuk berdebat, dan mengambil suara pada berbagai kebijakan partai, dari pembangunan ekonomi sampai kesehatan dan pendidikan dan bahkan hubungan luar negeri.
"Singkatnya, kebijakan kami dipusatkan pada pembangunan pedesaan dari akar rumput dan desentralisasi untuk memastikan bahwa setiap orang di tingkat desa memiliki kapasitas cukup untuk memecahkan masalah mereka sendiri dan kebebasan serta sumber daya untuk memecahkan masalah mereka sendiri," ujar Saing Koma.
Namun, di sebuah negara dengan sejarah politik yang ditandai dengan kekerasan, melawan arus akan penuh dengan bahaya.
Pada bulan Juli, pengamat politik terkemuka Kem Ley, yang penelitiannya membantu pembentukan GDP, dibunuh selagi ketika minum kopi di sebuah kafe di Phnom Penh.
Pembunuhan ini, yang mirip dengan pembunuhan-pembunuhan politik sebelumnya, mengejutkan wilayah-wilayah pedesaan Kamboja, di mana pengecam pemerintah itu dikenal karena sering tampil melalui radio.
Dengan hanya 2.000 anggota saat ini, pertumbuhan Partai Demokrasi Akar Rumput akan berjalan lambat, tetapi partai itu didukung pemilih di pedesaan yang lebih terlibat dalam politik dan berkomunikasi lebih baik satu sama lain, dan yang menuntut lebih banyak dari para pemimpin mereka. [ps/ds]