Kandidat terdepan dalam pemilihan presiden di Taiwan, Minggu (16/7), berjanji akan menjadi sosok yang stabil yang mampu mempertahankan perdamaian dengan China, di saat kedua lawannya menghadiri kampanye yang menyerukan reformasi hukum di dalam negeri dan langkah untuk melawan harga properti yang tinggi.
Pemilihan presiden pada Januari mendatang berlangsung di saat China yang menganggap Taiwan sebagai wilayahnya, telah meningkatkan tekanan militer dan politik untuk memaksa pulau itu menerima Beijing sebagai penguasanya. Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran di kawasan dan Washington.
William Lai, Wakil Presiden Taiwan dan kandidat dari Partai Progresif Demokratik atau DPP, secara konsisten memimpin dalam jajak pendapat, meskipun mantan Wali Kota Taipei Ko Wen-je dari Partai Rakyat Taiwan selalu mengekornya di posisi kedua.
Berbicara pada kongres tahunan DPP, Lei menekankan kembali sebuah tawaran untuk berunding dengan China pada tingkat yang setara guna membina hubungan damai, tetapi juga memperhatikan penguatan pertahanan Taiwan.
“Saya akan menggunakan perdamaian sebagai mercu suar dan demokrasi sebagai kompas. Dalam situasi geopolitik yang kompleks, saya akan menghadapi topan dan gelombang yang memimpin Taiwan untuk bergerak maju secara mantap,” katanya ketika berpidato di Taipei. [jm/rs]