Karena itu, para ilmuwan di Institut Biofrontiers Universitas Colorado mempelajari bagaimana membuat obat-obatan yang tidak berbasis biologi. Mereka mengembangkan sebuah “antibiotik” yang bisa diperbarui lewat komputer.
Di sebuah laboratorium canggih di Universitas Colorado, ilmuwan Anushree Chatterjee mengenakan kacamata keselamatan dan sarung tangan ketika memeriksa cawan petri yang berisi sebagian mikroba paling berbahaya di dunia. Mereka adalah superbug penyebab penyakit yang sulit diatasi dengan obat-obatan antibiotik tradisional. "
Mereka kebal, dalam sebagian kasus, pada lebih dari 20 jenis antibiotik . Mereka bahkan bisa hidup dalam lingkungan antibiotik yang cukup tinggi. Mereka tidak hanya bisa bertahan tapi juga bisa berkembang dengan antibiotik itu," kata Chatterjee.
Perlu waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan antibiotik tradisional berbasis biologi untuk melawan mereka. Suami dan kolega Chatterjee, Prashant Nagpal, mengatakan bahwa untuk sementara ini, para ilmuwan kalah dalam melawan superbug. Tetapi dia punya gagasan.
"Kami ingin mengembangkan sebuah sistem yang bisa beradaptasi, kalau tidak bisa lebih cepat, setidaknya pada tingkat yang sama dengan mikroba," jelas Nagpal.
Untuk mencapai tujuan ini, laboratorium Nagpal menganalisa DNA superbug, kemudian menciptakan sebuah antibiotik khusus, hanya dalam beberapa hari. Dia melakukannya dengan membuat "antibiotik" dari partikel-partikel semikonduktor sangat kecil yang dikenal sebagai "quantum dots."
“[Setiap kali kita membahas tentang semikonduktor,] kita selalu berpikir, oh, itu benda yang ada di dalam kamera, atau di atas atap. Yang kami tunjukkan di sini, adalah kita bisa menggunakan semikonduktor yang sama, mengecilkannya dan memasukkannya ke dalam sel-sel," paparnya,
Setiap “titik kuantum” ukurannya 20.000 kali lebih kecil dibanding sebuah sel hidup. Ketika jutaan titik kuantum dicampur dengan air, sinar ultraviolet menunjukkan varietas berbeda yang bersinar dalam warna kuning, oranye dan hijau.
Untuk membunuh sebuah superbug, Nagpal mengatakan sebuah tabung seukuran ujung jari, bisa sangat efektif.
"Mungkin inilah satu-satunya terapi yang dibutuhkan," ujarnya.
Dan apabila superbug itu beradaptasi dengan cepat, Nagpal mengatakan, para periset bisa dengan cepat mengubah komposisi titik-titik kuantum berikutnya.
Chatterjee dan Nagpal mengatakan perlu uji coba bertahun-tahun sebelum titik-titik kuantum ini aman digunakan pada manusia. Tetapi hasilnya sejauh ini positif dan memberi harapan bahwa suatu hari nanti, partikel-partikel semikonduktor itu bisa membantu para dokter mengatasi superbug. [vm/ii]