Acara pengambilan sumpah pada Senin (20/1) di tangga Gedung Capitol, serta parade menuju Gedung Putih, akan dilaksanakan setelah akhir pekan yang diwarnai protes dari penentang Trump, juga perayaan dan unjuk rasa pendukung Partai Republik tersebut.
Pelantikan ini berlangsung setelah masa kampanye yang diwarnai dua percobaan pembunuhan terhadap Trump, salah satunya dilakukan oleh calon pembunuh yang sempat menembak telinganya, serta dua serangan pada hari tahun baru yang menargetkan warga sipil.
Dalam salah satu insiden, 14 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka ketika seorang veteran Angkatan Darat AS menabrakkan truk ke kerumunan perayaan malam tahun baru di New Orleans. Di hari yang sama, seorang anggota aktif Angkatan Darat AS meledakkan Tesla Cybertruck di luar hotel bermerek Trump di Las Vegas, menewaskan pelaku itu sendiri.
“Kita berada dalam situasi ancaman yang lebih tinggi,” kata Matt McCool, Agen Khusus Penanggung Jawab Dinas Rahasia AS (U.S. Secret Service), dalam jumpa pers Senin (13/1).
Pelantikan Trump akan berlangsung di tangga Gedung Capitol, menghadap Monumen Washington, di mana Trump akan secara resmi mengucapkan sumpah jabatan di hadapan anggota Kongres, Mahkamah Agung, jajaran pemerintahan barunya, serta puluhan ribu warga.
Lokasi itu adalah tempat yang sama ketika ribuan pendukung Trump memecahkan kaca, bentrok dengan polisi, dan membuat para legislator menyelamatkan diri, dalam upaya membatalkan kekalahan Trump pada Pemilu 2020 dari Presiden Joe Biden dari Partai Demokrat pada 6 Januari 2021.
Rival Trump pada pemilu 2024, Wakil Presiden Demokrat Kamala Harris, telah mengakui kekalahannya dalam pemilihan 5 November lalu. Hal ini berbeda dengan Trump kala itu yang masih bersikeras, tanpa bukti, bahwa kekalahannya terjadi karena kecurangan.
Kekhawatiran “Lone Wolf”
Pejabat keamanan mengatakan mereka tidak mendapati ancaman khusus yang terkoordinasi jelang pelantikan. Namun yang dikhawatirkan adalah “lone wolf” (pelaku tunggal), seperti penyerang di New Orleans, atau dua insiden terpisah pekan lalu. Dalam salah satu kasus, seorang pria ditangkap karena mencoba membawa parang masuk ke Gedung Capitol. Di insiden lain, seseorang ditangkap karena berusaha menyalakan api di dekat Capitol, menurut Kepolisian Capitol AS.
“Ancaman dari pelaku tunggal tetap menjadi pembenaran terbesar bagi kami untuk berada pada tingkat kewaspadaan setinggi ini hingga pekan depan,” kata Kepala Kepolisian Capitol AS, Thomas Manger, dalam jumpa pers keamanan.
FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) pada Senin (13/1) memperingatkan kepolisian di seluruh negeri akan risiko serangan tiruan serupa insiden di New Orleans.
Sebagian besar wilayah pusat Washington, meliputi sekitar 3 km antara Gedung Putih dan Gedung Capitol, akan ditutup bagi lalu lintas kendaraan, dengan titik masuk diblokir menggunakan pembatas beton, truk sampah, dan penghalang berat lainnya.
Pagar sementara setinggi dua meter berwarna hitam sepanjang 48 kilometer, dirancang agar sulit dipanjat, akan menjadi pagar terpanjang yang pernah didirikan di Washington, menurut pejabat setempat. Sekitar 7.800 anggota Garda Nasional dan 4.000 petugas dari berbagai kepolisian di seluruh negeri akan diterjunkan untuk memperkuat keamanan.
Meski sejumlah warga, di kota yang 90% pemilihnya memilih Harris ketimbang Trump, bersiap meninggalkan kota atau berlindung di rumah guna menghindari kemacetan, puluhan ribu orang diperkirakan akan datang untuk mengikuti berbagai perayaan dan aksi protes.
Sekitar 70% dari 34.500 kamar hotel di Washington sudah dipesan untuk malam sebelum dan hari pelantikan, menurut data Smith Travel Research yang dibagikan kepada kantor berita Reuters oleh Destination DC, organisasi pariwisata resmi kota Washington.
Angka okupansi hotel pada pelantikan Trump tahun 2017 lalu mencapai sekitar 95%, sementara untuk pelantikan kedua mantan Presiden Barack Obama pada 2013 sekitar 78%.
Unjuk Rasa dan Aksi Massa
Pelantikan Trump pada 2017 juga diwarnai protes besar-besaran dan aksi tandingan. Saat itu, mantan juru bicaranya, Sean Spicer, mengawali masa kerjanya dengan pernyataan yang berlawanan dengan bukti foto, bahwa kerumunan di Lapangan Nasional (National Mall) menjadi “penonton terbanyak yang pernah menyaksikan pelantikan—titik.”
Keesokan harinya, Women’s March menarik ratusan ribu orang ke jalan-jalan di Washington—bahkan lebih banyak lagi dalam aksi solidaritas spontan di berbagai tempat di seluruh negeri.
Sekitar 25.000 orang diperkirakan akan ikut serta dalam unjuk rasa anti-Trump bertajuk “People’s March on DC” pada Sabtu (18/1), kata Kepala Kepolisian Metropolitan Pamela Smith, Senin kemarin.
Ribuan lainnya diperkirakan hadir dalam hampir belasan protes atau aksi massa lain yang telah mendapat izin resmi dari pejabat setempat, antara Sabtu hingga Senin, termasuk sebuah reli pendukung Trump di Capital One Arena berkapasitas 20.000 kursi pada hari Minggu (19/1).
Juliette Kayyem, profesor di Harvard Kennedy School yang pernah menjadi pejabat keamanan dalam negeri di era pemerintahan Obama, mengatakan pejabat setempat tampaknya menerapkan prosedur standar untuk bersiap menghadapi segala kemungkinan.
“Dalam perencanaan, kita selalu menyiapkan skenario terburuk, tetapi saya menduga hal itu tidak akan terjadi, dan itu baik,” kata Kayyem. “Dalam praktiknya, selalu lebih mudah menurunkan level siaga daripada menaikkannya secara mendadak.” [th/jm]