Bursa saham Asia merosot pada Senin (22/7) setelah keputusan Joe Biden untuk mundur dari bursa pencalonan presiden AS memicu ketidakpastian baru, sementara para investor tampak tidak terpengaruh oleh keputusan China untuk menurunkan suku bunga dalam upaya merangsang perekonomian yang lesu.
Setelah upaya pembunuhan terhadap Donald Trump akhir pekan lalu dan konvensi Partai Republik yang memicu spekulasi mengenai peluang kemenangannya dalam pemilihan presiden (pilpres) November, investor mencoba mengevaluasi dampak dari perkembangan terbaru yang datang dari Gedung Putih.
Biden akhirnya memutuskan untuk mundur menyusul penampilannya yang buruk dalam debat dengan Donald Trump, calon presiden (capres) dari Partai Republik. Ia kemudian mendukung Wakil Presiden Kamala Harris sebagai penggantinya.
Berita ini membuat para investor bertanya-tanya siapa yang akan melawan Trump, sementara prediksi kemenangannya telah menguatkan pasar saham dan dolar karena harapan akan adanya kebijakan pemotongan pajak dan deregulasi.
BACA JUGA: Presiden Biden Mundur dari Pencapresan Amerika SerikatPara analis mengatakan pasar kemungkinan akan bergejolak dalam waktu dekat.
Pada Senin, sejumlah bursa saham di Asia melemah seiring dengan kerugian di Wall Street dan Eropa, di mana perdagangan terpengaruh oleh kerusakan sistem komputer global yang mempengaruhi bandara, maskapai penerbangan, kereta api, bank, toko, dan bahkan janji dengan dokter.
Bursa Tokyo, Shanghai, Sydney, Seoul, Singapura, Taipei, Mumbai, Wellington, dan Manila semuanya mengalami penurunan, sementara Hong Kong menguat berkat kenaikan harga saham perusahaan-perusahaan teknologi China.
Bursa saham London, Frankfurt, dan Paris semuanya dibuka menguat. [ah/ft]