Pasar ekuitas atau nilai saham, stabil menjelang diterbitkannya risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve (Bank Sentral) AS yang terbaru, sementara investor haus akan petunjuk mengenai suku bunga.
Wall Street dibuka dengan sedikit kenaikan, sementara saham Eropa merosot.
Saham-saham merosot pada hari Selasa dan juga Rabu di perdagangan Asia karena data ekonomi yang kuat mendorong harapan bahwa biaya pinjaman AS akan terus meningkat dan tetap tinggi untuk beberapa waktu.
Nilai dolar naik terhadap euro dan poundsterling, tetapi turun terhadap yen menjelang diterbitkannya risalah pertemuan itu.
Harga minyak jatuh karena risiko resesi baru. "Semakin tinggi suku bunga (AS), relatif semakin sedikit daya tarik saham, terutama karena kita akan menghadapi beberapa tantangan pendapatan yang serius," kata Neil Wilson, analis di perusahaan perdagangan Finalto, kepada kantor berita AFP.
Risalah tersebut akan diteliti dengan cermat "setelah data menunjukkan pasar tenaga kerja (AS) yang lebih tangguh dan inflasi yang masih berlangsung daripada yang diperkirakan banyak orang," tambahnya.
Analis Briefing.com Patrick O'Hare mencatat bahwa pertemuan tersebut diadakan sebelum data inflasi dan pekerjaan terbaru, yang menunjukkan inflasi hanya turun sedikit dan pasar tenaga kerja menjadi kuat.
"Oleh karena itu, pasar harus lebih peka terhadap pandangan dalam risalah yang menekankan perlunya mengambil suku bunga lebih tinggi, dan membiarkannya tinggi lebih lama, daripada pandangan dengan pendekatan yang terdengar lebih lunak," kata O'Hare.
Data baru-baru ini pada dasarnya menghentikan spekulasi bahwa Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga dan bahkan memangkas suku bunga pada akhir tahun.
"Pasar tenaga kerja yang ketat dan permintaan konsumen yang tangguh bisa mendorong Federal Reserve untuk mempertahankan kampanye kenaikan suku bunga hingga musim panas," kata Jeffrey Roach, kepala ekonom LPL Financial.
"Investor harus memperkirakan gejolak sampai pasar dan bank sentral mencapai kesepakatan tentang jalur yang diharapkan untuk suku bunga."
Proyeksi suram 2023 dari raksasa ritel Walmart dan Home Depot menambah suasana muram pada hari Selasa. Kedua perusahaan itu mencatat dampak inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi pada belanja konsumen. [my/ka]