Di kampus Hofstra, di Hempstead, New York, mahasiwa dan pakar mengkaji setiap kata-kata dan gerakan tubuh yang dilakukan kedua calon presiden dari dua partai utama dalam debat pertama calon presiden Amerika tahun 2016.
Setelah debat berakhir, tak putus-putus muncul klaim kemenangan.
Mark Cuban, seorang milyarder mengatakan, "Clinton memberikan jawaban mendalam, ia tidak ragu-ragu. Trump hanya membalas, dan sebagaimana orang yang membalas, jika pukulan balasan tidak mengenai sasaran, ia akan merasa frustrasi dan makin nekad."
David Plouffe, seorang strategis politik juga sependapat, "Saya pikir, ketika debat berlangsung, Trump kehilangan fokus. Maksud saya, ada beberapa saat dimana Trump lupa sendiri apa yang sudah diucapkannya."
Beberapa anggota faksi Republik, termasuk mantan walikota New York Rudolph Giuliani, segera menilai Trump sebagai calon presiden yang lebih siap memulihkan penegakan hukum dan ketertiban, serta ekonomi. Kebijakan Giulani yang kontroversial, "stop and frisk" yaitu kebijakan di mana aparat keamanan boleh memberhentikan dan menggeledah seseorang yang dicurigai, dipuji-puji oleh Trump dalam debat tersebut.
"Clinton benar-benar palsu. Ia gagal sebagai menteri luar negeri dan apa yang ditunjukkannya malam ini merupakan bentuk kebodohan luar biasa mengenai ekonomi. Bagaimana Anda bisa mempertahankan lapangan kerja di negara ini jika Anda mengenakan pajak lebih tinggi kepada pebisnis? Mengapa pebisnis ingin membayar pajak yang lebih tinggi?" ujarnya.
Di luar ruang debat, banyak mahasiswa yang menonton debat di kampus itu sama bersemangatnya dengan pakar-pakar politik.
"Trump adalah seorang pembicara yang sangat baik. Orang meremehkan kemampuan bicaranya, caranya menyampaikan pesan. Ia telah bekerja dengan ribuan pekerja di seluruh Amerika, ia telah berurusan dengan berbagai pekerja, dari pekerja konstruksi hingga mereka yang berada di puncak bidang keuangan, dan hampir di semua kategori," ujar Brandon Lebowitz, salah satu mahasiswa yang menghadiri nonton bareng debat itu.
Mahasiswa lainnya, Summer Mahmoud berpendapat lain. "Ketika datang ke sini, saya belum memutuskan pilihan saya. Tetapi kini saya semakin yakin dengan keputusan saya untuk memilih Hillary. Saya merasa Hillary lebih yakin dengan jawaban-jawabannya, saya merasa ia lebih siap. Trump umumnya mengelak untuk menjawab banyak pertanyaan yang diajukan kepadanya, ia bereaksi sangat keras dan saya pikir itu agak kurang professional."
Bagi mahasiswa di Universitas Hofstra, debat di kampus itu akan terus berlanjut. [em/ds]