Perdana Menteri India Narendra Modi dijadwalkan meresmikan kereta listrik berkecepatan semi-tinggi yang dilengkapi fitur keselamatan. Langkah tersebut merupakan bagian dari modernisasi kereta api yang sudah tua, yang merupakan moda transportasi andalan di negara terpadat di dunia.
Namun pada Sabtu (3/6), Modi pergi ke negara bagian Odisha, India timur untuk menangani salah satu bencana kereta api terburuk. Kecelakaan yang melibatkan dua kereta penumpang itu menewaskan lebih dari 280 orang dan mencederai ratusan lainnya pada Jumat (2/6) malam. Insiden tersebut adalah pengingat nyata akan masalah keselamatan yang terus menantang sistem kereta api di India yang luas yang mengangkut hampir 22 juta penumpang setiap harinya.
India, negara berpenduduk 1,42 miliar orang, memiliki salah satu jaringan rel kereta api terluas dan terumit di dunia yang dibangun pada era kolonial Inggris: lebih dari 64.000 kilometer rel, 14.000 kereta penumpang, dan 8.000 stasiun. Membentang di seluruh negeri dari pegunungan Himalaya di wilayah utara hingga area pantai di selatan, kereta api juga merupakan sistem yang lemah akibat salah urus dan pengabaian selama puluhan tahun. Terlepas dari upaya untuk meningkatkan keselamatan, ratusan kecelakaan terjadi setiap tahunnya.
Dari 2017 hingga 2021, terdapat lebih dari 100.000 kematian terkait kereta api di India, menurut laporan 2022 yang diterbitkan Biro Catatan Kejahatan Nasional. Angka itu mencakup kasus penumpang yang jatuh dari kereta api, tabrakan, dan orang tertabrak kereta api yang tengah melaju kencang.
Data resmi juga menunjukkan tergelincir adalah bentuk paling umum kecelakaan kereta api di India. Namun, jumlah kecelakaan tersebut menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut Badan Pengawas dan Audit India, terdapat 2.017 kasus kecelakaan kereta api dari 2017 hingga 2021. Sekitar 69 persen dari kecelakaan tersebut adalah kasus kereta api yang tergelincir dari relnya, yang menewaskan 293 orang.
Laporan tersebut mendapati sejumlah faktor yang menyebabkan kereta api di India tergelincir, di antaranya adalah kondisi rel yang tidak berfungsi dengan baik, masalah perawatan, peralatan sinyal yang telah usang, dan kesalahan manusia. Laporan yang sama juga menyebutkan bahwa kurangnya pendanaan untuk pemeliharaan rel berujung pada 26 persen kasus kecelakaan yang terjadi. [ka/lt/rs]