Pasca Lawatan Biden ke Asia, Korea Utara Luncurkan Rudal Balistik

Sejumlah orang di sebuah stasiun kereta di Seoul, Korea Selatan, menonton tanyangan berita yang mengabarkan peluncuran uji coba rudal yang dilakukan oleh Korea Utara pada 25 Mei 2022. (Foto: AP/ Lee Jin-man)

Korea Utara, pada Rabu (25/5), melakukan uji tembak tiga rudal balistik, beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengakhiri kunjungannya ke wilayah Asia.

Pejabat-pejabat Amerika telah berulang kali memperingatkan bahwa Korea Utara akan meluncurkan rudal jarak jauh, atau bahkan menguji coba nuklir, ketika atau sekitar lawatan Biden di Asia. Walaupun tidak melakukan uji coba selama lawatan Biden, Korea Utara meluncurkan misil terbarunya sekitar 12 jam setelah Biden meninggalkan Jepang.

Rudal pertama, kemungkinan peluru kendali balistik antarbenua atau ICBM, terbang sekitar 360 kilometer dan mencapai ketinggian 540 kilometer, kata militer Korea Selatan. Korea Utara juga meluncurkan rudal yang gagal tidak lama setelah lepas landas, serta rudal balistik ketiga yang diperkirakan jarak pendek, tambahnya.

BACA JUGA: Korut Laporkan Lebih dari 200.000 Kasus Demam di Tengah Gelombang COVID

Dalam peringatan kepada wartawan, militer Korea Selatan mengatakan Korea Utara meluncurkan tiga rudal balistik dari daerah Sunan di Pyongyang menuju laut di lepas pantai timurnya. Militer Jepang melaporkan bahwa Korea Utara meluncurkan sepasang rudal balistik. Alasan perbedaan jumlah rudal yang dilaporkan oleh Jepang dan Korea Selatan belum jelas. Jangkauan rudal juga belum diketahui.

Sebagai tanggapan, militer Korea Selatan mengatakan telah melakukan latihan yang melibatkan 30 jet tempur F-15K. Amerika Serikat dan Korea Selatan juga melakukan peluncuran rudal permukaan-ke-permukaan, tambahnya.


“Kekuatan angkatan bersenjata kami menunjukkan bahwa kami bertekad untuk menanggapi setiap provokasi seperti peluncuran ICBM Korea Utara dan kami mampu secara tepat menyerang tempat asal provokasi dengan kekuatan militer kami yang luar biasa,” kata Ketua Gabungan Kepala Staf Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.

Tak lama setelah Biden mendarat di daerah Washington, dia diberi pengarahan tentang peluncuran oleh Korea Utara itu, kata para pejabat Amerika. Dalam pernyataan, militer Amerika mengatakan bahwa peluncuran itu tidak menimbulkan "ancaman langsung bagi personel atau wilayah Amerika, atau sekutu kami," tetapi peristiwa itu "menyoroti dampak destabilisasi" senjata Korea Utara.

Seorang pria menonton layar TV yang menayangkan program berita tentang ICBM Korea Utara dengan gambar pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di sebuah stasiun kereta api di Seoul, Korea Selatan, 25 Maret 2022. (Foto: AP)

Amerika Serikat dan Korea Selatan bersama-sama mengutuk uji coba rudal balistik Korea Utara itu yang disebutnya “mengganggu stabilitas,” menurut transkrip pembicaraan telepon Gedung Putih antara Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dan mitranya dari Korea Selatan, Kim Sung-han. AS juga “menegaskan kembali komitmen teguh akan pertahanan” Korea Selatan.

Korea Utara telah melakukan 17 putaran peluncuran tahun ini. Pada Maret, ia menguji rudal balistik antarbenua, uji coba pertamanya dalam hampir lima tahun.

Korea Utara yang bersenjata nuklir secara teratur muncul dalam diskusi Biden di Korea Selatan dan Jepang. Pada pertemuan Quad pada Selasa, Biden dan rekan-rekannya mengutuk Korea Utara atas "pengembangan dan peluncuran rudal balistik yang mendestabilisasi."

BACA JUGA: AS, Korsel Isyaratkan Peningkatan Kapabilitas Militer Terhadap Korut

Korea Utara keluar dari pembicaraan nuklir dengan Amerika pada 2019. Tahun itu juga Korea Utara melanjutkan uji coba rudal balistik. Di bawah Biden, Amerika berulang kali mengatakan bersedia memasuki kembali pembicaraan tanpa prasyarat. Namun, Biden mengatakan di Seoul, bahwa dia hanya akan bertemu pemimpin Korea Utara Kim Jong Un jika Kim "tulus" dan "serius" memajukan pembicaraan.

Ketika ditanya di Seoul apakah dia memiliki pesan untuk Kim, Biden menjawab: "Halo. Titik."

Kim belum secara terbuka menanggapi salam Biden. Pada masa lalu, pejabat Korea Utara menyatakan tidak akan kembali ke pembicaraan sementara Amerika melakukan "kebijakan bermusuhan" terhadap Utara.[ka/rs] [lt/ab]