Menjelang bulan suci Ramadan pada 22 Maret nanti, Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Yaman, Tim Lenderking, bertolak ke Arab Saudi dan Oman minggu ini guna memperpanjang gencatan senjata yang dimediasi AS dalam konflik di Yaman.
Pemerintah Yaman yang diakui internasional dan pemberontak Houthi menyetujui gencatan senjata saat Ramadan tahun lalu. Namun, perjanjian itu berakhir Oktober lalu.
Sejak ditunjuk oleh Presiden Joe Biden pada Februari 2021 lalu, Lenderking telah beberapa kali melawat ke kawasan itu, termasuk ke Arab Saudi, Oman dan Uni Emirat Arab bulan lalu. Namun, lawatan kali ini adalah perjalanan pertamanya ke Arab Saudi pasca pemulihan hubungan negara itu dengan Iran yang dimediasi China pekan lalu. Arab Saudi dan Iran sama-sama dikenal sebagai pendukung pihak-pihak yang bertikai di Yaman.
Dalam kesepakatan yang dimediasi China, minggu lalu Arab Saudi dan Iran mengumumkan normalisasi hubungan diplomatik yang terputus sejak 2016.
Meski para pengamat menilai keberhasilan China memediasi perselisihan di antara kedua negara itu mengisyaratkan berkurangnya pengaruh AS di kawasan itu, pejabat Gedung Putih secara terbuka menyambut baik tercapainya kesepakatan itu. Meskipun mereka juga mengingatkan bahwa masih harus dilihat apakah kesepakatan itu akan bertahan lama atau tidak.
“Arab Saudi masih memiliki hak dan tanggung jawab untuk membela diri dan warganya,” ujar John Kirby, koordinator komunikasi strategis Dewan Keamanan Nasional Selasa lalu (14/3).
Kirby menambahkan, “70.000 warga Arab Saudi adalah warga Amerika. Jadi kami berbagi tanggung jawab itu, dan kami akan terus memastikan bahwa Arab Saudi memang dapat mempertahankan diri.”
BACA JUGA: Indonesia Sambut Baik Pemulihan Hubungan Diplomatik Saudi-IranPerang saudara di Yaman dimulai pada 2014 ketika kelompok pemberontak Syiah yang didukung Iran – yang dikenal sebagai Houthi – mengambil alih ibu kota Sanaa. Dengan dukungan pemerintahan Obama, koalisi negara-negara Teluk yang dipimpin Arab Saudi pada Maret 2015 melancarkan kampanye isolasi ekonomi dan serangan udara terhadap Houthi. Hal ini mengubah perang saudara itu menjadi perang proksi Sunni-Syiah antara negara-negara di kawasan itu.
Direktur Program Iran di Middle East Institute, Alex Vatanka, mengatakan perpanjangan perjanjian gencatan senjata di Yaman itu akan menjadi ujian pertama kredibilitas kesepakatan normalisasi hubungan Arab Saudi – Iran.
“Satu hal untuk kepentingan foto, lainnya untuk benar-benar membuat Arab Saudi dan Iran duduk bersama dan mengakhiri perang di Yaman,” ujarnya.
Gedung Putih belum mengkonfirmasi laporan media Arab Saudi bahwa perpanjangan perjanjian gencatan senjata itu sudah hampir tercapai. [em/ft]