Presiden Sierra Leone Julius Maada Bio hari Minggu (26/11) mengumumkan jam malam di seluruh negara itu setelah sekelompok orang bersenjata menyerang barak militer utama dan terbesar di ibu kota negara di Afrika Barat itu. Kelompok itu juga menyerbut pusat-pusat penahanan, termasuk sebuah penjara berkapasitas besar.
Serangan itu menimbulkan kekhawatiran hancurnya ketertiban umum di tengah meningkatnya kudeta di wilayah itu.
Menteri Penerangan Chernor Bah mengatakan pusat-pusat penahanan, termasuk Penjara Jl. Pademba yang menampung lebih dari dua ribu narapidana, diserang ketika pasukan keamanan sedang berjuang memulihkan situasi saat terjadi baku tembak berkelanjutan di barak militer Wilberforce. “Penjara dikuasai dan sejumlah tahanan diculik oleh para penyerang, sebagian lainnya dibebaskan,” ujar Bah.
Pasukan keamanan Sierra Leone berhasil “mendorong kembali” pada penyerang ke pinggiran kota di mana pertempuran terus berlanjut, tambah Bah.
Seorang wartawan Associated Press di ibu kota Sierra Leone melaporkan suara tembakan masih terdengar itu di kota itu beberapa jam setelah pemerintah meyakinkan warga bahwa mereka berhasil mengendalikan situasi. Tidak jelas siapa yang berada di balik baku tembak itu, atau apakah ada warga yang ditangkap.
Belum ada rincian soal kelompok bersenjata yang melakukan serangan itu atau motif serangan, yang terjadi hanya beberapa bulan setelah Bio terpilih kembali untuk masa jabatan kedua dalam pemilu yang disengketakan. Partai oposisi utama menuduh Komisi Pemilihan Umum telah mencurangi hasil pemilu.
Video yang dipasang di dunia maya menunjukkan tentara berpatroli di jalan-jalan ibu kota Freetown yang kosong, sementara suara ledakan keras terdengar. Associated Press belum berhasil memverifikasi keaslian video tersebut.
ECOWAS: Serangan di Freetown untuk Dapatkan Senjata
Blok ekonomi regional Afrika Barat, ECOWAS – di mana Sierra Leone merupakan salah satu negara anggota – menggambarkan serangan itu sebagai sebuah rencana “untuk memperoleh senjata, mengganggu perdamaian dan ketertiban” di negara itu.
Dalam beberapa bulan terakhir ini ECOWAS berupaya keras meredam terjadinya kudeta di Afrika Barat dan Afrika Tengah, yang sejak tahun 2020 mencatat delapan pengambilalihan oleh militer. Dua negara yang juga mengalami kudeta tahun ini adalah Niger dan Gabon.
“ECOWAS menegaskan kembali tidak akan ada toleransi terhadap perubahan pemerintahan yang tidak konstitusional,” kata blok itu dalam sebuah pernyataan tertulis.
Bio terpilih kembali dalam pemilu presiden kelima di Sierra Leone sejak berakhirnya perang saudara yang brutal selama 11 tahun, lebih dari dua dekade lalu. Perang saudara itu menewaskan puluhan ribu orang dan menghancurkan perekonomian negara itu.
Hampir 60% penduduk Sierra Leone miskin, dan tingkat pengangguran kaum muda di negara itu merupakan salah satu yang tertinggi di Afrika Barat.
Dua bulan setelah Bio memenangkan kembali pemilu, polisi mengatakan telah berhasil menangkap beberapa orang, termasuk perwira senior militer yang berencana menggunakan protes “untuk mengusik perdamaian” di negara itu.
Demonstrasi terhadap pemerintah bulan Agustus lalu telah menewaskan lebih dari 30 orang, termasuk enam polisi. [em/lt]