Pejabat Kurdi Irak menuduh kurangnya koordinasi antara pasukan keamanan federal dan regional sebagai penyebab keberhasilan serangan ISIS akhir pekan lalu yang menewaskan tiga perwira Kurdi dan melukai dua lainnya.
Serangan pada Sabtu (1/5) menyasarkan satuan pasukan Peshmerga Kurdi di Altun Kupri, sebuah distrik yang kaya minyak di Provinsi Kirkuk. Ini merupakan bagian dari twilayah yang dipertikaikan antara Baghdad dan Pemerintah Regional Kurdistan (KRG) di utara.
“Kami sudah berulang kali memperingatkan pasukan federal dan Koalisi Internasional Melawan ISIS tentang bangkit kembalinya ISIS dan ancaman berkelanjutan kelompok teror yang mengambil keuntungan dari kevakuman keamanan di teritori yang dipertikaikan,” kata Presiden KRG, Nechirvan Barzani, dalam sebuah pernyataan menyusul serangan itu.
Dia mendesak rekan-rekan setaranya di pemerintah federal dan mitra-mitra internasional untuk mempercepat “formasi dari pasukan gabungan” di wilayah yang diperselisihkan itu guna mencegah “ancaman nyata” dari ISIS.
Dalam apa yang tampaknya merupakan tanggapan terhadap seruan Barzani itu, Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi pada Minggu (2/5) bertemu dengan pasukan keamanan kawasan dan federal guna membahas usaha gabungan guna melawan ISIS.
Menyusul pertemuan itu, pemimpin Irak itu mengatakan, “beberapa arahan kepada pasukan keamanan termasuk pengaktifan intelijen dan usaha keamanan, serta operasi pre-emptif,” menurut pernyataan dari kantor Kadhimi.
Serangan ISIS itu terjadi ketika umat Islam sedang melangsungkan ibadah puasa pada bulan Ramadan.
Kelompok ekstremis Islamis sering meningkatkan serangan pada bulan suci ini, karena mereka percaya ada pahala ilahi yang lebih besar apabila gugur sebagai martir. [jm/em]