Ratusan ribu orang di Filipina bersiap merayakan Tahun Baru di tenda-tenda dan akomodasi darurat lain, dua minggu setelah topan menewaskan lebih dari 400 dan membuat 500 ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Bencana itu membuat banyak penyintas kini tanpa rumah, air, listrik, makanan, dan pakaian menjelang Malam Tahun Baru. Banyak desa masih tanpa listrik dan air minum pada Jumat.
Pekerja pabrik Jay Rabina, 19, dan istrinya Leahmer Singson, 17, kehilangan rumah mereka dalam kebakaran akhir November, kemudian Topan Rai menghempaskan gubuk kayu sementara dan sebagian besar barang-barang keluarga itu pada 16 Desember di pusat kota Cebu.
BACA JUGA: PBB Mencari Bantuan $6,5 Juta untuk Korban Topan FilipinaPasangan itu dan bayi mereka yang berusia satu tahun akan menyambut tahun baru dalam tenda bobrok di daerah pesisir, di mana ratusan keluarga miskin lain mendirikan tempat kecil untuk berlindung dari puing-puing, menggunakan karung beras dan terpal guna melindungi diri dari hujan dan matahari.
“Malam itu angin sangat kencang. Kami seperti ditampar. Besok paginya selesai. Ketika kembali ke sini, rumah kami hancur. Semuanya basah. Kami tidak bisa menyelamatkan barang-barang," kata Rabina, Jumat (31/12).
Di tempat lain di Filipina, negara Katolik Roma terbesar di Asia, pihak berwenang telah melarang petasan yang telah menyebabkan kematian dan cedera yang meluas, dan meminta kota-kota besar untuk menyelenggarakan pertunjukan kembang api bersama.
Pertemuan keluarga besar tidak disarankan oleh pemerintah guna menghindari semakin luasnya penularan wabah virus corona. [ka/ab]