Pandemi virus corona telah kembali menimbulkan dampak pada kampanye pemilu presiden Amerika, setelah pengumuman Presiden Donald Trump Jumat dini hari (2/10) bahwa ia dan Ibu Negara Melania telah terjangkit virus yang berpotensi mematikan itu.
Presiden dan Ibu Negara sama-sama telah dikarantina, dan Trump dirawat di Rumah Sakit Walter Reed National Military Medical Center, Jumat (12/10) sore, setelah beberapa laporan menyatakan ia menderita demam. Pejabat-pejabat Gedung Putih menekankan bahwa presiden tetap dapat menjalankan tugas dan akan melanjutkan pekerjaannya dari rumah sakit.
Upaya Trump melawan virus corona meraih dukungan luas publik baginya, sebagaimana yang kerap terjadi pada saat krisis. Namun, hal ini juga bertentangan dengan pesan kampanyenya bahwa semua akan normal kembali.
“Ini masa yang sangat tidak dapat diprediksi,” ujar John Fortier, analis politik di Bipartisan Policy Center.
Debat kedua bagi Trump dan calon presiden Partai Demokrat Joe Biden dijadwalkan berlangsung pada 15 Oktober. Namun, hal ini dapat ditangguhkan atau bahkan dibatalkan jika kondisi kesehatan Trump belum membaik dan membuatnya tidak dapat ikut serta, atau masih harus menjalani karantina guna mencegah penularan. Format debat kedua di Miami – yang sedianya akan berlangsung dalam bentuk 'town hall' dan menghadirkan penonton – dapat diubah menjadi virtual lewat video konferensi.
Beberapa minggu menjelang pemilihan presiden pada 3 November, kedua calon presiden, ujar Fortier, akan menyampaikan “argumen utama” untuk meraih dukungan para pemilih yang belum memutuskan pilihan mereka dan mendorong antusiasme di kalangan pendukung.
BACA JUGA: Faktor Usia dan Berat Badan dalam Kasus Covid-19 yang Diidap TrumpFokus pada Pandemi
Trump telah melangsungkan pawai politik massal di mana ia meremehkan keseriusan virus corona dan banyak pendukungnya tidak mengenakan masker. Dalam satu acara di New Jersey Kamis (1/10), presiden mengatakan pengembangan vaksin sudah dekat dan “akhir pandemi sudah di depan mata.” Todd Belt, pakar politik di George Washington University, mengatakan pesan kampanyenya bahwa “semuanya akan berbalik, kita telah melewati hal ini dan semuanya kembali normal,” bertolakbelakang ketika ia jatuh sakit.
Data di John Hopkins University menunjukkan hingga Jumat (2/10) malam jumlah orang yang meninggal dunia di Amerika akibat pandemi virus corona telah melampaui 208 ribu orang dan tingkat perebakan di sejumlah negara bagian terus meningkat.
Presiden telah membela tanggapan pemerintahannya pada isu kesehatan ini dan krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi. Ia mengatakan angka kematian mungkin akan mencapai jutaan orang jika ia tidak bergerak cepat menghentikan seluruh perjalanan dari China -di mana wabah ini bermula- dan menyediakan dukungan medis secara besar-besaran pada negara-negara bagian.
Reaksi Publik
Belt mengatakan banyak orang yang sulit bersimpati pada Trump setelah melihatnya mengolok-olok calon presiden Partai Demokrat dan lainnya karena mengenakan masker, dan setelah presiden terus melangsungkan acara-acara yang melanggar pedoman pembatasan sosial dari pejabat-pejabat urusan kesehatan Amerika.
Dengan elektorat yang sudah terpecah tajam, Fortier mengatakan ia dapat “membayangkan kedua pihak sama-sama merasa hal ini terkait dengan perasaan mereka,” dan memperkuat pandangan politik mereka tentang virus corona dan kampanye presiden.
Fortier mengatakan opini publik juga dapat berbalik menentang Biden jika kampanyenya dinilai mengolok-olok atau mengejek Trump karena tertular virus ini. “Saya kira secara politik hal ini akan berbahaya bagi Biden dan benar-benar menjadi bumerang baginya,” tambahnya.
Pandemi ini membuat Biden memangkas perjalanannya secara signifikan perjalanan dan sebaliknya memperluas kampanye virtual dengan acara yang dihadiri lebih sedikit orang, dan keharusan mengenakan masker dan melakukan pembatasan fisik.
Dalam pidato di Grand Rapids, Michigan, Jumat (2/10), Biden mengatakan ia telah menyampaikan “doa bagi kesehatan dan keselamatan Presiden Amerika dan Ibu Negara.” “Kita dapat mengendalikan pandemi ini sehingga kita bisa membuat ekonomi berjalan bagi semua orang,” ujar Biden. “Tetapi ini tidak bisa menjadi momen partisan. Ini momen Amerika.”
Meskipun Gedung Putih mengatakan presiden hanya mengalami gejala ringan, ada risiko kondisinya akan memburuk secara signifikan dan bahkan dapat mengancam jiwa.
BACA JUGA: Trump Dibawa ke Rumah Sakit Militer "Walter Reed"Trump, yang kini berusia 74 tahun dan agak kelebihan berat badan, berisiko tinggi memiliki komplikasi kesehatan akibat Covid-19 yang dapat mengganggu fungsi jantung dan paru-paru. Jika presiden tidak dapat menjalankan tugas, maka wakil presiden akan menjadi kepala pemerintahan dan panglima tertinggi sementara.
Tes medis Pence pada hari Jumat (2/10) negatif. Gedung Putih melakukan pemeriksaan medis yang luas pada para pejabat yang mungkin melakukan kontak dengan presiden dan pembantu dekatnya Hope Hicks, yang sudah positif corona sejak Kamis (1/10).
Biden, istrinya Jill, dan kandidat cawapres Partai Demokrat Kamala Harris semuanya tidak terjangkit virus mematikan ini. Terkait kampanye dan pemilu presiden nanti, Partai Republik mungkin akan menggantikan Trump dengan calon dari partai itu jika ia tidak dapat menjalankan tugas. [em/ah]