Pastor Marcelo Perez, seorang aktivis HAM terkemuka di Meksiko ditembak mati pada hari Minggu (20/10) dalam sebuah serangan di negara bagian Chiapas. Menurut kantor kejaksaan setempat, Perez saat itu baru saja melaksanakan Misa dan kembali ke parokinya di Kota San Cristobal de las Casas ketika dua orang yang mengendarai sepeda motor menembaki kendaraan miliknya.
Pekerjaan Perez dalam bidang HAM telah diakui oleh berbagai organisasi internasional. Ia juga merupakan suara terdepan dalam mengecam perdagangan narkoba yang marak di wilayah tersebut. Gubernur Chiapas Rutilio Escandon mengunggah di jejaring sosial X miliknya bahwa pembunuhan tersebut sedang diselidiki, “Sehingga kematiannya tidak luput dari hukuman.”
Melalui sebuah pesan, uskup Rodrigo Aguilar Martinez menyesalkan pembunuhan imam pribumi dan mengatakan bahwa pihak gereja akan terus mengupayakan “perdamaian dengan kebenaran dan keadilan.”
Dalam pernyataan singkat, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintahannya telah meluncurkan investigasi dan menjalin kontak dengan pihak berwenang dari komunitas Katolik.
BACA JUGA: Beri Semangat, Paus Telepon Paroki Gereja Keluarga Kudus Katolik di Gaza Setiap HariPada tahun 2021, Perez mendukung Kelompok Bela Diri Rakyat El Machete, yang dibentuk komunitas pedesaan untuk mempertahankan diri dari serangan geng kejahatan yang terorganisir. Ia berperan sebagai mediator antara pemerintah dan kelompok tersebut.
Tahun berikutnya, ketika muncul laporan yang belum dikonfirmasi bahwa dia akan ditahan atas perintah kejaksaan, berbagai kelompok HAM internasional, termasuk Amnesty Internasional, datang untuk membelanya, dan mengecam setiap upaya “kriminalisasi” terhadapnya.
Di tengah kekerasan yang terus berlanjut di beberapa bagian Meksiko, sejumlah tokoh agama telah dibunuh.
Pembunuhan terhadap pastor Jesuit Javier Campos Morales dan Joaquio Cesar Mora Salazar pada 20 Juni 2022 yang tejadi di gereja negara bagian Chihuahua utara memicu kemarahan.
Menurut angka resmi, Meksiko telah mengalami lebih dari 450.000 kematian akibat kekerasan sejak operasi militer antinarkoba yang kontroversial diluncurkan pada tahun 2006 silam. [th/ka]