Pasukan Afghanistan Ambil Alih Keamanan dari NATO

  • Ayaz Gul

Presiden Afghanistan Hamid Karzai berjabat tangan dengan Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen seusai konferensi pers di akademi militer di pinggir ibukota Kabul, Afghanistan (18/6).

Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengatakan pasukan Afghanistan telah mengambil alih tanggung jawab keamanan untuk seluruh negara itu dari koalisi militer internasional.
Pengalihan tanggungjawab itu merupakan tonggak penting dalam perang melawan pemberontakan pimpinan Taliban selama hampir 12 tahun. Presiden Afghanistan Hamid Karzai juga telah melaporkan kemajuan dalam upayanya mengajak pemberontak Taliban dalam pembicaraan damai.

Presiden Hamid Karzai dan Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen menyaksikan tahap akhir pengalihan keamanan kepada pasukan Afghanistan di akademi militer di luar Kabul. Pengalihan itu sekaligus menandai perubahan peran pasukan internasional dari pasukan tempur ke peran pendukung sebelum menarik diri dari Afghanistan menjelang akhir tahun depan.

Presiden Karzai mengatakan penyerahan tanggungjawab kepada pasukan setempat adalah salah satu keinginan terbesarnya dan akan memiliki arti penting bagi rakyat Afghanistan.

"Bagi rakyat Afghanistan ini seperti, bahkan mungkin lebih dari sekadar hari istimewa, di mana rakyat Afghanistan menyaksikan anak-anak mereka sendiri, pemuda-pemuda mereka sendiri, melindungi hidup mereka dan negara mereka," ujar Karzai.

Menurut Sekretaris Jenderal NATO Rasmussen, aliansi itu akan terus membantu pasukan Afghanistan dalam operasi keamanan jika dibutuhkan, tetapi tidak lagi akan merencanakan, melaksanakan atau memimpin kegiatan tersebut.

"Tujuannya adalah melatih, memberi nasihat dan membantu pasukan Afghanistan. Kami juga akan berperan dalam upaya internasional yang lebih luas guna menjamin keberadaan pasukan keamanan Afghanistan dalam jangka panjang. Ini akan menjadi bentuk nyata lain bahwa Afghanistan tidak akan berdiri sendiri, sekarang maupun di masa depan," kata Rasmussen.

Pengalihan keamanan dimulai Maret 2011 dan pada hari Selasa, serah terima tanggungjawab provinsi-provinsi di Afghanistan timur dan tenggara yang bergolak dan berbatasan dengan Pakistan, menandai tuntasnya ke lima tahap proses itu.

Tetapi setelah serangan-serangan besar di Kabul, termasuk serangan hari Selasa, para pengecam skeptis mengenai kemampuan 350 ribu pasukan keamanan Afghanistan untuk menangani pemberontakan Taliban setelah tahun 2014, ketika sebagian besar pasukan asing sudah ditarik. Tingginya tingkat desersi dan ketidakpastian masa depan bantuan asing juga memicu keraguan terhadap integritas pasukan Afghanistan.

Pengamat meramalkan kekerasan akan berlanjut di Afghanistan kecuali bila pemerintah melibatkan Taliban dan pemberontak lain dalam proses perdamaian guna mendamaikan mereka dalam sistem politik nasional.

Upaya Presiden Karzai memulai proses perdamaian itu melalui Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan, yang dibentuk hampir tiga tahun lalu, sejauh ini tidak membuahkan hasil.

Karzai juga mengungkapkan, pemerintah akan mengirim utusan ke Qatar dalam usaha untuk membuka dialog perdamaian dengan Taliban. Pernyataan dari Taliban mengukuhkan pembukaan kantor Taliban di Qatar dan mengatakan kelompok itu selalu mendukung usaha-usaha untuk menciptakan perdamaian dan kestabilan di Afghanistan.

Karzai mengatakan, sementara tidak ada prasyarat segera untuk pembicaraan antara dewan perdamaian Afghanistan dan Taliban, pemerintah menetapkan sejumlah prinsip.

Prinsip-prinsip itu, katanya, pembicaraan di Qatar harus segera dilanjutkan ke Afghanistan, pembicaraan itu harus mengakhiri kekerasan di Afghanistan dan pembicaraan itu tidak boleh menjadi alat eksploitasi negara ketiga demi kepentingannya di Afghanistan.