Sekitar 25 orang tewas ketika pasukan keamanan Mesir menindak dua aksi-duduk pro-Morsi di daerah Nasser City, Rabu (14/8).
Sejak militer Mesir menggulingkan Presiden Mohamed Morsi dari kekuasaan tanggal 3 Juli, para pendukungnya telah berkumpul di dua tempat di ibukota negara itu menuntut pengembalian jabatannya.
Pemrotes, yang dipimpin oleh Ikhwanul Muslimin Morsi, tidak mengakui pemerintah sementara yang ditegakkan militer. Militer telah mengumumkan rencana untuk reformasi dan pemilu baru.
Tindakan militer tersebut terjadi setelah demonstrasi-demonstrasi oleh para penentang Morsi, yang menuduhnya menghianati revolusi 2011 Mesir. Konfrontasi itu telah meningkatkan ketegangan di Mesir, dan mengakibatkan kekerasan yang telah menewaskan lebih dari 250 orang.
Para pemimpin sementara negara itu menggambarkan pemrotes pro-Morsi sebagai kaum radikal yang berbahaya dan menyerukan supaya mereka meninggalkan kamp-kamp mereka.
Rabu pagi, pasukan keamanan memulai usaha membersihkan kamp-kamp itu dengan gas air mata dan kendaraan militer.
Pemrotes bereaksi dengan membentengi daerah itu, memasang barikade dan karung-karung pasir dalam usaha untuk menghambat pasukan keamanan memasuki tempat-tempat tersebut. Ribuan orang, termasuk anak-anak sedang tinggal dalam kamp-kamp itu saat pasukan keamanan bertindak.
Polisi menembakkan gas air mata terhadap kelompok yang lebih besar dari kedua aksi protes itu, di daerah Nasser City. Gambar-gambar televisi menunjukkan asap mengepul di atas tempat protes, ketika kendaraan militer maju ke kamp-kamp tersebut.
Sumber-sumber media mengutip kelompok-kelompok pro-Morsi mengatakan sedikitnya 25 orang tewas ketika pasukan keamanan Mesir menindak dua aksi-duduk sebagai protes untuk memberi dukungan kepada Presiden Islamis terguling Mohamed Morsi. Media pemerintah Mesir mengatakan sedikitnya dua anggota pasukan keamanan tewas dalam kerusuhan itu. Jumlah korban tewas tidak dapat dikukuhkan secara independen.
Polisi yang didukung buldoser dan kendaraan lapis baja, menembakkan gas air mata ke tempat-tempat protes tersebut. Gambar-gambar televisi menunjukkan asap mengepul di atas tempat protes dan helikopter-helikopter militer berputar-putar di udara. Media pemerintah mengatakan kira-kira 35 demonstran telah ditangkap karena membawa kaleng-kaleng atau tabung-tabung gas.
Laporan mengatakan tempat protes Lapangan Nahda, dekat Universitas Kairo, telah dikosongkan sama sekali dan tentara telah menutup jalan-jalan menuju universitas itu.
Layla Moustafa, seorang aktivis dalam aliansi anti-kudeta, memberitahu VOA penindakan oleh pasukan keamanan dimulai pada pagi hari. Ia mengatakan tindakan hari Rabu itu tidak akan menghentikan kemarahan terhadap para penentang Morsi.
Para pejabat dan saksi mengatakan kerusuhan mulai hari Selasa (13/8), ketika ratusan pendukung Morsi berpawai ke beberapa kementerian untuk memrotes pemerintah sementara yang didukung militer yang ditegakkan setelah militer menggulingkan Morsi tanggal 3 Juli.
Penduduk setempat dan para penjaga toko yang mendukung penggulingan Morsi melempari pendukung Morsi yang berpawai menuju Kementerian Dalam Negeri dengan batu. Pemrotes pro-Morsi membalas lemparan batu tersebut, dan memicu polisi untuk menembakkan gas air mata, untuk membubarkan bentrokan tersebut.
Pemrotes, yang dipimpin oleh Ikhwanul Muslimin Morsi, tidak mengakui pemerintah sementara yang ditegakkan militer. Militer telah mengumumkan rencana untuk reformasi dan pemilu baru.
Tindakan militer tersebut terjadi setelah demonstrasi-demonstrasi oleh para penentang Morsi, yang menuduhnya menghianati revolusi 2011 Mesir. Konfrontasi itu telah meningkatkan ketegangan di Mesir, dan mengakibatkan kekerasan yang telah menewaskan lebih dari 250 orang.
Para pemimpin sementara negara itu menggambarkan pemrotes pro-Morsi sebagai kaum radikal yang berbahaya dan menyerukan supaya mereka meninggalkan kamp-kamp mereka.
Rabu pagi, pasukan keamanan memulai usaha membersihkan kamp-kamp itu dengan gas air mata dan kendaraan militer.
Pemrotes bereaksi dengan membentengi daerah itu, memasang barikade dan karung-karung pasir dalam usaha untuk menghambat pasukan keamanan memasuki tempat-tempat tersebut. Ribuan orang, termasuk anak-anak sedang tinggal dalam kamp-kamp itu saat pasukan keamanan bertindak.
Polisi menembakkan gas air mata terhadap kelompok yang lebih besar dari kedua aksi protes itu, di daerah Nasser City. Gambar-gambar televisi menunjukkan asap mengepul di atas tempat protes, ketika kendaraan militer maju ke kamp-kamp tersebut.
Sumber-sumber media mengutip kelompok-kelompok pro-Morsi mengatakan sedikitnya 25 orang tewas ketika pasukan keamanan Mesir menindak dua aksi-duduk sebagai protes untuk memberi dukungan kepada Presiden Islamis terguling Mohamed Morsi. Media pemerintah Mesir mengatakan sedikitnya dua anggota pasukan keamanan tewas dalam kerusuhan itu. Jumlah korban tewas tidak dapat dikukuhkan secara independen.
Polisi yang didukung buldoser dan kendaraan lapis baja, menembakkan gas air mata ke tempat-tempat protes tersebut. Gambar-gambar televisi menunjukkan asap mengepul di atas tempat protes dan helikopter-helikopter militer berputar-putar di udara. Media pemerintah mengatakan kira-kira 35 demonstran telah ditangkap karena membawa kaleng-kaleng atau tabung-tabung gas.
Laporan mengatakan tempat protes Lapangan Nahda, dekat Universitas Kairo, telah dikosongkan sama sekali dan tentara telah menutup jalan-jalan menuju universitas itu.
Layla Moustafa, seorang aktivis dalam aliansi anti-kudeta, memberitahu VOA penindakan oleh pasukan keamanan dimulai pada pagi hari. Ia mengatakan tindakan hari Rabu itu tidak akan menghentikan kemarahan terhadap para penentang Morsi.
Para pejabat dan saksi mengatakan kerusuhan mulai hari Selasa (13/8), ketika ratusan pendukung Morsi berpawai ke beberapa kementerian untuk memrotes pemerintah sementara yang didukung militer yang ditegakkan setelah militer menggulingkan Morsi tanggal 3 Juli.
Penduduk setempat dan para penjaga toko yang mendukung penggulingan Morsi melempari pendukung Morsi yang berpawai menuju Kementerian Dalam Negeri dengan batu. Pemrotes pro-Morsi membalas lemparan batu tersebut, dan memicu polisi untuk menembakkan gas air mata, untuk membubarkan bentrokan tersebut.