Menhan Perancis Le Drian mengatakan Kamis (8/5), 2.000 tentara Perancis akan tetap berada di Republik Afrika Tengah hingga akhir tahun ini.
Perancis mengatakan 2.000 tentaranya akan tetap berada di Republik Afrika Tengah (CAR) paling tidak hingga akhir tahun ini, bagian dari upaya multinasional untuk meredakan kekerasan antar-agama.
Menteri Pertahanan Perancis Jean-Yves Le Drian hari Kamis (8/5) mengatakan pasukan Perancis akan terus membantu keamanan di CAR, di mana ribuan umat Islam melarikan diri untuk menghindari serangan milisi anti-Balaka yang sebagian besar menganut agama Kristen.
Pasukan Perancis dan kira-kira 6.000 tentara Afrika telah berusaha membendung kekerasan.
Dewan Keamanan PBB baru-baru ini menyetujui penambahan pasukan penjaga perdamaian menjadi 12.000 tentara bagi negara itu. Pasukan itu akan dioperasikan bulan September.
Dalam wawancara dengan VOA, Presiden sementara CAR, Catherine Samba-Panza mengatakan "menunggu sampai bulan September terlalu lama."
Ia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kelompok-kelompok bersenjata "mungkin berusaha mengambil keuntungan di medan perang" sebelum pasukan PBB tiba.
Samba-Panza juga mengatakan ia mengambil langkah untuk meredakan ketegangan antara masyarakat umat Kristen dan Islam di negaranya. Ia mengatakan perombakan kabinet, yang diumumkan hari Selasa, diharapkan akan menciptakan "perwakilan yang berimbang" bagi semua wilayah negara itu.
Kini dalam 100 hari pertama Samba-Panza menjabat, ia mengatakan kepada VOA bahwa ia menyadari tugasnya akan sulit tetapi "tidak akan sesulit ini."
Menteri Pertahanan Perancis Jean-Yves Le Drian hari Kamis (8/5) mengatakan pasukan Perancis akan terus membantu keamanan di CAR, di mana ribuan umat Islam melarikan diri untuk menghindari serangan milisi anti-Balaka yang sebagian besar menganut agama Kristen.
Pasukan Perancis dan kira-kira 6.000 tentara Afrika telah berusaha membendung kekerasan.
Dewan Keamanan PBB baru-baru ini menyetujui penambahan pasukan penjaga perdamaian menjadi 12.000 tentara bagi negara itu. Pasukan itu akan dioperasikan bulan September.
Dalam wawancara dengan VOA, Presiden sementara CAR, Catherine Samba-Panza mengatakan "menunggu sampai bulan September terlalu lama."
Ia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kelompok-kelompok bersenjata "mungkin berusaha mengambil keuntungan di medan perang" sebelum pasukan PBB tiba.
Samba-Panza juga mengatakan ia mengambil langkah untuk meredakan ketegangan antara masyarakat umat Kristen dan Islam di negaranya. Ia mengatakan perombakan kabinet, yang diumumkan hari Selasa, diharapkan akan menciptakan "perwakilan yang berimbang" bagi semua wilayah negara itu.
Kini dalam 100 hari pertama Samba-Panza menjabat, ia mengatakan kepada VOA bahwa ia menyadari tugasnya akan sulit tetapi "tidak akan sesulit ini."