Serangan-serangan udara Perancis di Konna, kota penting di Mali Utara, telah berhasil menghalau militan Islamis yang merebut kota itu sebelumnya pekan ini.
Menurut para pejabat Mali hari Sabtu, pasukan Perancis telah berhasil mengusir tentara pemberontak keluar dari kota Konna.
Pengambilalihan kota itu oleh militan Islamis membuat kelompok tersebut berada pada radius 25 kilometer dari Mopti, kota paling utara yang dikuasai pemerintah Mali.
Kantor berita Perancis menyatakan, puluhan pejuang Islamis tewas dalam operasi tersebut. Menteri Pertahanan Perancis, Jean-Yves Le Drian hari Sabtu mengatakan seorang pilot helikopter tewas dalam serangan udara, yang dimulai Jumat.
Sementara itu, Perdana Menteri Perancis Jean-Marc Ayrault mengatakan pasukan Perancis sedang bersiap-siap menghadapi serbuan pemberontak di ibukota Mali, Bamako. Ia mengatakan pasukan Perancis akan tetap berada di daerah itu selama diperlukan, seraya menyatakan kelompok militan bertanggungjawab atas banyak pelanggaran hukum, termasuk di antaranya penculikan.
Perancis Jumat mengumumkan pihaknya mengerahkan pasukan ke Mali atas permintaan pemerintah negara itu. Pasukan dari Nigeria dan Senegal juga diberitakan berada di Mali untuk membantu pasukan pemerintah.
Dalam perkembangan lain hari Sabtu, para pejabat Afrika mengatakan, blok regional Afrika Barat ECOWAS telah mengesahkan pengerahan segera pasukan ke Mali.
Pada Desember lalu, Dewan Keamanan PBB menyetujui rencana negara-negara Afrika Barat untuk mengerahkan sedikitnya 3.000 tentara ke Mali untuk membantu melatih militer dan merebut kembali bagian utara negara itu. Kehadiran tentara asing semula diperkirakan tidak diperlukan di negara itu hingga September lalu.
Pengambilalihan kota itu oleh militan Islamis membuat kelompok tersebut berada pada radius 25 kilometer dari Mopti, kota paling utara yang dikuasai pemerintah Mali.
Kantor berita Perancis menyatakan, puluhan pejuang Islamis tewas dalam operasi tersebut. Menteri Pertahanan Perancis, Jean-Yves Le Drian hari Sabtu mengatakan seorang pilot helikopter tewas dalam serangan udara, yang dimulai Jumat.
Sementara itu, Perdana Menteri Perancis Jean-Marc Ayrault mengatakan pasukan Perancis sedang bersiap-siap menghadapi serbuan pemberontak di ibukota Mali, Bamako. Ia mengatakan pasukan Perancis akan tetap berada di daerah itu selama diperlukan, seraya menyatakan kelompok militan bertanggungjawab atas banyak pelanggaran hukum, termasuk di antaranya penculikan.
Perancis Jumat mengumumkan pihaknya mengerahkan pasukan ke Mali atas permintaan pemerintah negara itu. Pasukan dari Nigeria dan Senegal juga diberitakan berada di Mali untuk membantu pasukan pemerintah.
Dalam perkembangan lain hari Sabtu, para pejabat Afrika mengatakan, blok regional Afrika Barat ECOWAS telah mengesahkan pengerahan segera pasukan ke Mali.
Pada Desember lalu, Dewan Keamanan PBB menyetujui rencana negara-negara Afrika Barat untuk mengerahkan sedikitnya 3.000 tentara ke Mali untuk membantu melatih militer dan merebut kembali bagian utara negara itu. Kehadiran tentara asing semula diperkirakan tidak diperlukan di negara itu hingga September lalu.