Militer Sudan Selatan bertempur melawan pasukan pemberontak di wilayah negara bagian Nil Utara hari Rabu (15/1).
Militer Sudan Selatan hari Rabu bertempur melawan para pemberontak di daerah hulu sungai Nil bagian Utara, di tengah keprihatinan internasional bahwa kerusuhan di negara yang paling baru itu bisa meluas menjadi perang saudara.
Juru bicara militer Sudan Selatan Philip Aguer mengatakan kepada VOA, pertempuran berlanjut di kota minyak Malakal – ibukota negara bagian Nil Hulu.
Pasukan yang setia kepada Presiden Salva Kiir berjuang melawan tentara yang mendukung bekas wakil presiden Riek Machar, yang diberhentikan bulan Juli lalu.
Para pemberontak hari Selasa mengatakan mereka telah merebut Malakal, klaim yang dibantah pemerintah Sudan Selatan.
Organisasi Doctors Without Borders mengatakan ratusan orang luka-luka dalam pertempuran selama beberapa hari ini di negara bagian Nil Hulu, Unity dan Jonglei.
Dalam pernyataan hari Rabu, kelompok bantuan itu mengatakan telah merawat 116 orang warga akibat luka tembak di negara bagian Malakal dan Nil Utara.
Juru bicara kepresidenan Ateny Wek Ateny hari Rabu (15/1) menyerukan persatuan dan mengatakan pasukan pemerintah akan menang.
Wakil-wakil kedua pihak telah mengadakan pertemuan di Ethiopia tentang kemungkinan gencatan senjata.
PBB mengatakan kerusuhan itu telah menewaskan sedikitnya seribu orang dan memaksa lebih dari 400 ribu orang lainnya mengungsi.
Di Washington, pejabat Biro Urusan Afrika Departemen Luar Negeri Amerika – Linda Thomas-Greenfield mendesak para pemimpin Sudan Selatan untuk mengupayakan rekonsiliasi. Greenfield menyampaikan pernyataannya dalam sidang dengar pendapat dengan Kongres.
Sekjen PBB Ban Ki-Moon hari Selasa (14/1) menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya jumlah korban tewas atau dipaksa mengungsi akibat konflik itu.
Juru bicara militer Sudan Selatan Philip Aguer mengatakan kepada VOA, pertempuran berlanjut di kota minyak Malakal – ibukota negara bagian Nil Hulu.
Pasukan yang setia kepada Presiden Salva Kiir berjuang melawan tentara yang mendukung bekas wakil presiden Riek Machar, yang diberhentikan bulan Juli lalu.
Para pemberontak hari Selasa mengatakan mereka telah merebut Malakal, klaim yang dibantah pemerintah Sudan Selatan.
Organisasi Doctors Without Borders mengatakan ratusan orang luka-luka dalam pertempuran selama beberapa hari ini di negara bagian Nil Hulu, Unity dan Jonglei.
Dalam pernyataan hari Rabu, kelompok bantuan itu mengatakan telah merawat 116 orang warga akibat luka tembak di negara bagian Malakal dan Nil Utara.
Juru bicara kepresidenan Ateny Wek Ateny hari Rabu (15/1) menyerukan persatuan dan mengatakan pasukan pemerintah akan menang.
Wakil-wakil kedua pihak telah mengadakan pertemuan di Ethiopia tentang kemungkinan gencatan senjata.
PBB mengatakan kerusuhan itu telah menewaskan sedikitnya seribu orang dan memaksa lebih dari 400 ribu orang lainnya mengungsi.
Di Washington, pejabat Biro Urusan Afrika Departemen Luar Negeri Amerika – Linda Thomas-Greenfield mendesak para pemimpin Sudan Selatan untuk mengupayakan rekonsiliasi. Greenfield menyampaikan pernyataannya dalam sidang dengar pendapat dengan Kongres.
Sekjen PBB Ban Ki-Moon hari Selasa (14/1) menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya jumlah korban tewas atau dipaksa mengungsi akibat konflik itu.