Paus Buka Debat Baru Tentang Masa Depan Gereja Katolik

FILE - Paus Fransiskus menghadiri audiensi umum mingguan di aula Paulus VI di Vatikan, 27 Maret 2024.

Sidang Umum Sinode, yang terdiri dari 368 orang religius dan masyarakat termasuk perempuan dari sekitar 100 negara, akan mengadakan debat tertutup tentang potensi reformasi di Vatikan hingga 27 Oktober.

Paus Fransiskus, Rabu (10/2) meluncurkan diskusi baru mengenai masa depan Gereja Katolik Roma, yang menghadapi tekanan terkait peran perempuan dan skandal pelecehan anak di lingkungan gereja yang terus berlanjut.

Sidang Majelis Sinode, yang terdiri dari 368 religius dan awam - termasuk perempuan - dari sekitar 100 negara, akan mengadakan debat tertutup tentang potensi reformasi di Vatikan hingga 27 Oktober.

Sinode ini telah berkumpul untuk pertemuan selama sebulan pada Oktober 2023, setelah konsultasi selama tiga tahun di seluruh dunia di antara umat Katolik yang diselenggarakan oleh Fransiskus untuk menghadapi tantangan yang dihadapi Gereja yang telah berusia 2.000 tahun itu.

Paus Fransiskus asal Argentina berusia 87 tahun ini akan memiliki keputusan akhir atas perubahan doktrin yang mereka rekomendasikan.

Tahun lalu, pertemuan ini membahas berbagai tema seperti sikap terhadap kaum LGBTQ, poligami, penahbisan pria yang sudah menikah, dan perang melawan pelecehan seksual terhadap anak-anak oleh para imam.

Meskipun badan tersebut menolak tekanan untuk mengizinkan penobatan pendeta perempuan, seruan terus berlanjut guna memberikan lebih banyak visibilitas dan ruang bagi perempuan di lembaga yang masih dijalankan oleh laki-laki itu.

Tidak ada keputusan yang diharapkan dalam waktu dekat, dengan isu-isu yang paling sensitif dipercayakan kepada kelompok-kelompok kerja yang akan memberikan kesimpulan mereka pada Juni 2025.

Paus Fransiskus membuka pertemuan ini dengan sebuah misa di Lapangan Santo Petrus, di mana ia mendesak para peserta untuk memasuki diskusi dengan pikiran terbuka.

“Marilah kita berhati-hati untuk tidak melihat kontribusi kita sebagai poin-poin yang harus dipertahankan dengan cara apa pun atau agenda yang harus dipaksakan,” katanya.Dia menambahkan bahwa pertemuan itu “bukan sidang parlemen, tetapi lebih merupakan tempat untuk mendengarkan dalam persekutuan.”

Pada Selasa malam, Paus Fransiskus mengadakan doa “pertobatan” yang dihadiri oleh sekitar 2.5000 orang di Basilika Santo Petrus, di mana ia kembali meminta maaf dan menyatakan “rasa malunya” atas pelecehan yang dilakukan oleh para pendeta yang telah membayangi karya Gereja di seluruh dunia.

Orang-orang yang hadir dalam acara tersebut mendengar dari seorang mantan anggota paduan suara dari Afrika Selatan yang dilecehkan oleh seorang pendeta ketika dia baru berusia 11 tahun, dan yang mengecam kurangnya transparansi dan tanggung jawab di dalam dan oleh Gereja yang menurutnya telah mengguncang iman jutaan orang.

“Kami di sini sebagai pengemis belas kasihan Bapa, meminta pengampunan,” kata Paus Fransiskus. “Bagaimana mungkin kita dapat dipercaya dalam misi kita jika kita tidak mengakui kesalahan kita dan membungkuk untuk menyembuhkan luka yang disebabkan oleh dosa-dosa kita?,” tambahnya. [my/ab]