Paus Fransiskus mengatakan kepada para pemimpin Kristen dan Muslim di Kenya hari Kamis (26/11) bahwa mereka tidak punya banyak pilihan selain berdialog untuk berjaga-jaga melawan serangan-serangan ekstremis Islamis "barbar" yang telah melanda Kenya baru-baru ini.
Ia juga mengatakan bahwa para pemimpin agama harus menjadi "pembawa pesan perdamaian" di dunia yang ditaburi kebencian.
Pada hari pertamanya di Afrika, Paus bersikeras bahwa agama tidak boleh pernah digunakan untuk menjustifikasi kekerasan, dan ia menyayangkan bahwa "terlalu sering anak-anak muda diradikalisasi atas nama agama untuk menyemaikan perselisihan dan ketakutan, dan untuk merobek tatanan masyarakat kita."
Ia mengatakan dialog antar-agama bukan kemewahan atau pilihan, tapi "esensial."
Paus mengeluarkan pernyataan-pernyatan tersebut dalam pertemuan dengan pemimpin Kristen, Muslim dan keyakinan lain di Kenya. Ia akan merayakan misa di kampus universitas dan menyampaikan pidato besar bertema lingkungan hidup di markas regional PBB di Nairobi. Hari Jumat, ia akan terbang ke Uganda dalam bagian kedua kunjungannya ke Afrika.
Kenya, bekas koloni Inggris merupakan mayoritas Kristen, tapi Muslim mencakup 10 persen populasi.
Dalam pernyataannya, Paus mengacu secara eksplisit pada tiga serangan baru-baru ini yang diklaim oleh kelompok ekstremis al-Shabab di Somalia, dan mengatakan bahwa ia tahu memori-memori itu masih segar di ingatan rakyat Kenya.
Bulan April, al-Shabab yang berafiliasi dengan al-Qaida mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap sebuah universitas Kristen di timur laut Kenya yang menewaskan 150 orang.
Sebulan sebelumnya, al-Shabab mengklaim tanggung jawab atas serangan-serangan di Mandera, perbatasan Somalia, yang menewaskan 12 orang. Bulan September 2013, sedikitnya 67 orang tewas dalam serangan oleh al-Shabab di mal Westgate di Nairobi.
Al-Shabab menolak keputusan Kenya untuk mengirim pasukan ke Somalia untuk memerangi kelompok itu, sebagai bagian dari pasukan Uni Afrika yang mendukung pemerintahan federal yang lemah di Somalia.
"Di sini, saya kira pentingnya keyakinan bersama bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan perdamaian," ujar Paus. "Penting untuk kita terlihat sebagai pembawa pesan perdamaian, pembuat damai yang mengundang orang lain untuk hidup dalam perdamaian, harmoni dan saling menghormati."
Pernyataan-pernyataannya disambut oleh Abdulghafur El-Busaidy, kepala Dewan Mahkamah Muslim Kenya, sebuah organisasi payung yang didirikan tahun 1973 untuk menyatukan komunitas Ilam di Afrika Timur.
Ia mengatakan umat Kristen dan Islam harus bekerja bersama untuk mengakomodasi satu sama lain, dan memimpin negeri.
"Kita tidak boleh mundur. Kita harus memimpin karena kita dipimipin oleh kata-kata Tuhan." [hd]