Paus Fransiskus, Selasa (31/1) bertolak ke Afrika Tengah untuk membawa pesan perdamaian ke dua negara di kawasan itu yang paling banyak dilanda kekerasan.
Lawatan enam hari Paus berusia 86 tahun itu dimulai di Republik Demokratik Kongo (DRC), di mana ia akan memimpin misa di bandara N’dolo di ibu kota Kinshasa. Misa di luar ruangan ini diperkirakan akan dihadiri lebih dari satu juta orang. Sedikitnya setengah dari 95 juta penduduk DRC adalah anggota Gereja Katolik Roma, membuatnya menjadi komunitas terbesar gereja itu di Afrika.
Tetapi PBB mengatakan sekitar 5,7 juta orang mengungsi di DRC karena pertempuran bertahun-tahun di wilayah Kivu Utara antara pasukan pemerintah dan kelompok pemberontak bersenjata M23, serta serangan oleh grup-grup yang berafiliasi dengan kelompok militan ISIS.
Lawatan Paus ini merupakan yang pertama kalinya ke DRC sejak Yohanes Paulus II berkunjung ke sana pada tahun 1985. Fransiskus pada awalnya dijadwalkan untuk mengunjungi negara itu Juli lalu, tetapi terpaksa menunda perjalanannya karena sakit lutut yang kronis. Rencana perjalanan itu juga mencakup lawatan ke Goma, ibu kota Kivu Utara, tetapi ini juga dibatalkan karena masalah keamanan.
Paus Fransiskus akan meninggalkan DRC pada hari Jumat dan menuju Sudan Selatan, di mana ia akan didampingi oleh Justin Welby, Uskup Agung Canterbury, dan Pendeta Ian Greenshields, pemimpin Gereja Skotlandia. Ketiganya bergabung untuk menyerukan diakhirinya kekerasan yang telah melanda negara itu sejak memisahkan diri dari Sudan pada tahun 2011. Perang saudara di sana telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang membuat 2 juta orang warga Sudan Selatan mengungsi. [uh/ab]