Paus Fransiskus hari Senin (23/5) di Vatikan bertemu imam agung dari otoritas Islam tertinggi di Mesir, Al-Azhar, untuk memperbaiki hubungan dengan pusat studi Muslim Sunni yang berpengaruh itu setelah dialog dibekukan lima tahun yang lalu.
Masjid berusia 1.000 tahun dan pusat universitas itu memutuskan kontak dengan Vatikan tahun 2011 karena pendahulu Fransiskus, Paus Benediktus, dianggap menghina Islam berulang kali.
Keputusan itu diambil hanya berhari-hari setelah Benediktus mengecam apa yang ia sebut "strategi kekerasan yang menyasar umat Kristen" menyusul serangan bom di luar sebuah gereja di Alexandria, Mesir, yang menewaskan 23 orang.
Sejak pemilihannya tahun 2013, Paus Fransiskus telah memberi penekanan besar pada perbaikan hubungan antar-agama dan ia tersenyum hangat saat menyambut ulama besar Mesir, Ahmed al-Tayyib.
“Pesannya adalah pertemuan," ujar Paus kepada wartawan.
Dalam pernyataan susulan, Vatikan menyatakan bahwa kedua pria itu telah membahas masalah-masalah kekerasan dan terorisme, dan situasi umat Kristen di Timur Tengah, termasuk cara terbaik untuk melindungi mereka.
Paus Fransiskus tahun lalu mendesak diakhirinya "genosida" terhadap umat Kristen di Timur Tengah, tapi ia juga mengatakan menyamakan Islam dengan kekerasan adalah keliru.
Umat Kristen, terutama Koptik Ortodoks, mencakup sekitar 10 persen dari populasi Mesir, yang didominasi Muslim Sunni.
Kekerasan sektarian terkadang meledak atas sengketa mengenai isu-isu terkait bangunan gereja, pindah agama dan hubungan antar-agama.
Universitas Al-Azhar memiliki sekitar 450.000 mahasiswa, banyak diantaranya dari negara-negara Asia dan Afrika. Lembaga ini juga memiliki jaringan lebih dari 9.000 sekolah di seluruh Mesir yang memiliki lebih dari dua juta murid. [hd]