Paus Fransiskus Serukan Dihentikannya Perang di Ukraina dan Gencatan Senjata di Gaza dalam Khotbah Natal

Paus Fransiskus saat menyampaikan pidato tradisional Natal Urbi et Orbi dari balkon utama Basilika Santo Petrus di Vatikan, 25 Desember 2024. (Yara Nardi/REUTERS)

Dalam pesan Natalnya pada Rabu (25/12), Paus Fransiskus menyerukan perundingan antara Ukraina dan Rusia untuk mengakhiri perang yang telah terjadi setelah invasi besar-besaran Moskow dua tahun yang lalu, yang telah menewaskan puluhan ribu orang.

Dalam khotbah Hari Natal “untuk kota ini dan dunia”, Fransiskus menyebut secara lugas konflik Ukraina dan menyerukan “keberanian yang dibutuhkan untuk membuka pintu negosiasi.”

Berbicara dari balkon tengah Basilika Santo Petrus kepada ribuan orang di alun-alun di bawahnya, Paus mengatakan, “Semoga suara senjata-senjata dilenyapkan di Ukraina yang dilanda perang!” Ia juga menyerukan “isyarat dialog dan pertemuan untuk mencapai perdamaian yang adil dan abadi.”

Fransiskus, yang telah menjadi Paus sejak tahun 2013, dikritik pejabat Ukraina tahun ini ketika mengatakan bahwa negara itu harus memiliki keberanian bak “bendera putih” untuk berunding guna mengakhiri perang dengan Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebelumnya telah mengesampingkan kemungkinan untuk terlibat dalam perundingan damai tanpa dipulihkannya perbatasan Ukraina seperti sebelum perang. Akan tetapi, Zelenskyy telah menunjukkan keinginan yang semakin besar untuk bernegosiasi sejak terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.

BACA JUGA: Keluarga Tentara Ukraina yang Gugur Rayakan Natal di Pemakaman

Pada awal Desember, Zelenskyy mengemukakan gagasan penyelesaian diplomatik berupa “pembekuan” garis pertempuran saat ini dan penempatan pasukan asing di Ukraina. Rusia telah menuntut agar Ukraina menghentikan ambisinya untuk bergabung dengan aliansi militer NATO.

Fransiskus, yang berusia 88 tahun dan sedang merayakan Natal ke-12 pada masa kepausannya, menyerukan diakhirinya konflik, baik secara politik, sosial maupun militer, di tempat-tempat termasuk Lebanon, Mali, Mozambik, Haiti, Venezuela, dan Nikaragua.

Fransiskus, yang belakangan semakin kritis terhadap kampanye militer Israel di Gaza dan menyebutnya sebagai “kekejaman” pada pekan lalu, juga kembali menyerukan gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas dan dibebaskannya sandera Israel yang tersisa, yang masih ditahan oleh Hamas.

Ia menyebut situasi kemanusiaan di Gaza “sangat serius” dan meminta “pintu dialog dan perdamaian (untuk) dibuka lebar-lebar.”

BACA JUGA: Buka Pintu Suci Basilika Santo Petrus, Paus Mulai Yubelium 2025

Perang Israel-Hamas kembali pecah ketika para militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang, sebagian besarnya warga sipil, dan menculik lebih dari 250 orang ke Gaza, menurut pihak berwenang Israel.

Serangan balasan Israel, yang menurut Israel ditujukan untuk melenyapkan Hamas, telah menewaskan lebih dari 45.000 orang, sebagian besarnya warga sipil, menurut pihak berwenang di Jalur Gaza yang diperintah Hamas. Serangan tersebut telah membuat hampir seluruh penduduk Gaza mengungsi dan menyebabkan kehancuran di sebagian besar wilayah kantong itu.

Fransiskus membuka Tahun Suci bagi Gereja Katolik di seluruh dunia pada Selasa (24/12) malam, atau Malam Natal, yang akan berlangsung hingga 6 Januari 2026. Tahun Suci Katolik, yang juga dikenal sebagai Yubelium, dianggap sebagai masa perdamaian, rasa maaf dan pengampunan.

Pada Rabu, Paus mengatakan bahwa tahun Yubelium seharusnya menjadi masa bagi “setiap orang, semua orang dan bangsa… untuk menjadi peziarah harapan, untuk membungkam suara senjata dan mengatasi perpecahan.”

Fransiskus juga menyerukan “Solusi yang disetujui bersama” untuk merobohkan tembok perbatasan yang telah membagi pulau Siprus di Mediterania antara Republik Siprus dan Republik Turski Siprus Utara sejak tahun 1974. [rd/jm]